59| Anugerah

576 35 3
                                    

Jangan lupa Vote sebelum atau sesudah membaca untuk menghargai karya penulis!

Sengaja update lebih awal, semoga menghibur 😊😄

Happy Reading 💜

•••

"Saya sudah melihat kepalanya, mohon mengejan lebih kuat lagi," ucap dokter Rani yang kini tengah membantu persalinan Jihan.

Dengan bermandikan keringat, Jihan dengan sekuat tenaga kembali mengejan agar bayi yang berada di perut nya segera keluar.

"Maaas, nggak kuaaat... Capeeeek...." keluhnya dengan wajah yang begitu pucat.

Dima yang tentu saja berada di samping sang istri, senantiasa menyemangati dan berdo'a supaya dilancarkan segala urusan persalinannya.

Dima menganggukkan kepalanya dengan tangan yang menggenggam tangan Jihan begitu erat, seolah memberikan kekuatan pada gadis itu.

"Kamu pasti bisa, saya yakin kamu kuat, Ina."

Dima sama takut dan khawatir seperti Jihan, namun apa boleh buat dirinya tidak boleh terlihat lemah dihadapan sang istri yang tengah bertaruh nyawa itu.

Jihan menangis merasakan rasa lelah yang begitu kentara, lelah dan sakit menjadi satu.

Jihan mengenjan sekuat tenaga agar bayinya segera lahir, tangannya mencengkeram kuat tangan Dima yang kini dipegangnya. Tak peduli jika nanti tangan lelaki itu lecet atau sebagainya, yang penting ia dapat menyalurkan rasa sakitnya.

Dima terus merapalkan do'a dengan sebelah tangan yang memegang tasbih, wajahnya sama-sama pucat seperti Jihan karena rasa berdebar.

Sampai pada akhirnya suara tangisan bayi begitu memekakkan telinga membuat suasana seketika hening di ruangan itu. Namun, yang Dima lihat pertama kali bukanlah anaknya yang baru lahir, melainkan istrinya yang kini sudah terkulai lemas di atas brankar.

Dima menahan tangisnya, melihat Jihan yang sudah berhasil melahirkan buah hati mereka.

Lelaki itu lantas mencium kening sang istri dan mengucapkan beribu kata terima kasih karena telah melahirkan bayi yang sehat dan sempurna.

"Kamu berhasil, Ina. Terima kasih sudah melahirkannya dengan begitu sempurna. Saya sayang kamu," lelaki itu mencium punggung tangan sang istri yang terpasang infus dengan senyum penuh harunya.

"Alhamdulillah, terima kasih Ya Allah," gumam lelaki itu penuh rasa syukur, tangisnya pecah setelah melihat bagaimana perjuangan istrinya melahirkan buah hati mereka.

Jihan yang masih begitu lemah membuka kelopak matanya yang sedari tadi tertutup.

Kedua sudut bibirnya melengkung membentuk senyuman tipis, ia tak bisa berkata-kata, dirinya masih begitu lemas pasca melahirkan.

Dima menoleh pada salah satu perawat yang memanggilnya, perawat tersebut mempersilahkan Dima agar mengazani putranya yang baru 20 menit lalu lahir ke dunia.

Dengan sedikit hati-hati, Dima menggendong buah hatinya untuk pertama kali. Senyumnya terbit melihat bagaimana mungilnya putranya itu.

Dima mulai mengazani putranya di ruangan yang hanya ada mereka bertiga, karena dokter Rani dan para perawat meninggalkan mereka sebentar.

Di atas ranjang rumah sakit itu Jihan merasa tenang mendengar suara merdu suaminya yang tengah mengazani putra mereka.

•••

INARA : BAD WIFE [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang