Jangan lupa Vote sebelum atau sesudah membaca untuk menghargai karya penulis!
Happy Reading 💜
•••
"M...Mas, aku nggak tahu...." Jihan mulai terisak di tempatnya.
Dima masih diam dengan pandangan menatap benda kecil yang di dapatnya.
"Kamu nggak buka aurat di depan lampu ini kan?" tanya Dima tanpa ekspresi, namun Jihan dapat melihat jika rahang lelaki itu mengeras tanda bahwa suaminya itu tengah menahan amarah.
Jihan sontak menggeleng keras, "Nggak. Aku bahkan nggak buka jilbab sejak tadi siang."
Air matanya tanpa perlu di suruh merembes keluar. Ia begitu tak menyangka jika teman yang sudah lama tidak ditemuinya itu tiba-tiba datang dan menghadirkan bencana baginya. Padahal Jihan mengira Fariz sangat baik dan dewasa seperti bagaimana mestinya manusia berkembang.
Jihan tak tahu apakah lelaki itu memiliki dendam apa padanya sehingga melakukan hal gila seperti ini, apa Jihan pernah berbuat jahat pada lelaki itu sehingga Fariz sakit hati padanya dan merencanakan balas dendam padanya.
Tidak. Jihan tidak tahu apa yang salah dengannya. Ini begitu tiba-tiba baginya, ia syok dan mentalnya terguncang.
Namun, hal baiknya ia tak membuka auratnya di depan lampu yang memiliki kamera tersembunyi itu sehingga harga dirinya tidak rusak.
"Sini."
Jihan menelan ludahnya saat Dima menyuruhnya duduk di samping lelaki itu.
Dengan keberanian yang masih tersisa, Jihan melangkahkan kakinya untuk mendekat.
Diam-diam Jihan dapat melihat air muka suaminya yang begitu keras, rahangnya terlihat mengeras.
"Ka...Kamu marah, mas?" tanya Jihan hati-hati.
"Jelas saya marah! Suami mana yang nggak marah kalau ada laki-laki lain kasih barang dan di dalamnya ada kamera seperti ini?!" marah lelaki itu yang sukses membuat Jihan menunduk dalam. Meledak sudah amarah lelaki itu yang sedari tadi ia tahan.
"Tapi, aku nggak tahu kalau dia bakal lakuin itu...." suaranya terdengar bergetar, hatinya seperti tercubit mendengar Dima membentaknya.
Lelaki itu melempar kamera yang sedari tadi di pegangnya ke atas meja. Kemudian ia menyugar rambutnya kasar dengan kedua tangan.
Cukup ia dibuat pusing oleh pekerjaannya, dan sekarang masalah lain datang di saat suasana hatinya tidak begitu bagus.
"Kamu salah karena nerima sesuatu dari orang yang baru kamu kenal!" Dima menoleh dan menatap istrinya, Jihan menatap lelaki itu kembali. Namun, bolehkah Jihan salah jika kini suaminya tengah menatap Jihan... Kesal?
"Dia temen kuliah aku dulu. Mana mungkin aku nolak pemberian dia, di saat dia udah bantuin aku?!" Jihan menatap kesal suaminya, emosinya tersulut juga karena lelaki itu yang menyalahkannya. Padahal jika Dima berada di posisinya pun pasti melakukan hal yang sama.
"Kalau dia anggap kamu sebagai teman, mana mungkin dia lakukan hal keji seperti ini. Ini udah termasuk tindak pelecehan, kamu tahu?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
INARA : BAD WIFE [SELESAI]
Чиклит[FOLLOW SEBELUM BACA] Pernikahan muda yang mereka jalani sama sekali tidak mengubah apapun, termasuk sikap dan perilaku Inara yang masih urakan dan bebal. Akankah pernikahan itu bertahan lama atau menyerah di tengah jalan? "Lho, kok malah tidur. Ng...