Jangan lupa Vote sebelum atau sesudah membaca untuk menghargai karya penulis!
Happy Reading 💜
•••
Jihan menoleh kala mendengar seseorang yang baru saja turun dari undak tangga terakhir, matanya terpejam sembari menggigit bibir bawahnya
Kenapa harus ngikutin juga sih, batinnya.
Jihan bersikap tenang dengan pandangan lurus menatap televisi, sebelah tangannya meraih camilan ditoples.
Diam-diam Jihan mencuri pandangan pada Dima yang tengah membuat teh di dapur, beberapa menit setelahnya lelaki itu terlihat berjalan mendekat dan mendudukan dirinya di sofa samping Jihan setelah menyimpan segelas teh hangat untuk Jihan. Jangan pikir kali ini jantung nya berdegup normal, karena pada nyatanya sekarang jantungnya tengah berdegup dua bahkan tiga kali lebih cepat.
Jihan menelan ludahnya agar bisa membuat dirinya tenang, ia membenarkan posisi duduknya hingga bersila di atas sofa dan membuat jarak di antara mereka.
"Diminum teh nya," Jihan nyaris tersedak ludahnya sendiri kala suara Dima mengudara tanpa aba-aba.
Jihan menoleh canggung dan meraih gelasnya yang berisi teh buatan Dima,
Hm, cukup menenangkan setelah Jihan menghirup aroma teh tersebut.
Namun, tentu tidak dengan menenangkan hatinya yang malah kian kencang berdebar. Jihan bahkan sampai merasakan nyeri di dadanya karena degupan jantungnya yang sangat kencang itu.
Menyadari kecanggungan dan ketidaksehatan untuk dirinya, Jihan berinisiatif untuk pergi saja setelah meminum teh nya. Namun, saat Jihan hendak memakai sandal rumahannya, Dima lantas berucap
"Mau kemana?"
Dalam diam Jihan meringis, demi apapun Jihan ingin kabur dan mengurung diri di mana saja asalkan tidak bertemu dengan Dima. Karena jujur saja untuk saat ini kehadiran lelaki itu sangat tidak baik untuk kesehatan mentalnya.
"Mau belajar, besok ada kuis" tanpa memedulikan jawaban Dima setelahnya, Jihan lantas pergi menuju kamarnya untuk menghindari lelaki itu.
•••
Sore harinya Jihan mendapatkan pesan jika Dima akan pulang sedikit telat dikarenakan di sekolah tempatnya mengajar mengadakan kumpulan sebentar untuk mengumumkan jika Renata dan Kaisar mendapatkan juara di olimpiade yang beberapa hari kemarin diikutinya. Walaupun hanya juara dua, mereka telah berusaha keras dan berhak mendapat apresiasi.
Jihan menyimpan gelas yang baru saja dipakainya, saat hendak kembali ke lantai atas, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu diiringi dengan suara samar. Jihan berjalan mendekat,
Cklek
Pintu terbuka dan menampilkan Gina dengan pakaian bluss panjang berwarna ungu serta kerudung berwarna serupa.
"Assalamu'alaikum, Mbak Ina" sapa Gina ramah,
"Waalaikumsalam, ada apa ya?" Jihan menjawab tanpa ekspresi.
Gina hendak menyerahkan sekotak kue, namun segera Jihan tahan "Gak perlu lagi lo kasih-kasih makanan ke sini! Gue masih mampu masak buat Dima!" sentaknya yang membuat Gina membatu ditempat.
"Ini buat Mbak, kebetulan saya lagi coba-coba bikin kue..."
"Halah, bilang aja sebenarnya itu kue buat suami gue kan? Gak bisa lo bohongin gue kalo tuh kue sebenarnya buat Dima kan? Sana, pergi aja deh!" ucap Jihan blak-blakan tanpa memedulikan wajah Gina yang kini memucat.
KAMU SEDANG MEMBACA
INARA : BAD WIFE [SELESAI]
ChickLit[FOLLOW SEBELUM BACA] Pernikahan muda yang mereka jalani sama sekali tidak mengubah apapun, termasuk sikap dan perilaku Inara yang masih urakan dan bebal. Akankah pernikahan itu bertahan lama atau menyerah di tengah jalan? "Lho, kok malah tidur. Ng...