Jangan lupa Vote sebelum atau sesudah membaca untuk menghargai karya penulis!
Happy Reading 💜
•••
"Mas, udah pernah pergi berdua sama Inara?" Dima menoleh menatap sang ayah.
Dima menganggukkan kepalanya, "Pernah. Kemarin mas pergi belanja bareng Ina"
Yudis___ayah Dima lantas menghela napas pelan sembari menggeleng, "Bukan itu maksud ayah,"
Kening Dima mengerut samar, "Lalu apa?"
"Berlibur berdua. Kamu belum pernah kan?"
Mendengar penuturan sang ayah Dima menggeleng pelan, "Kalau itu belum pernah..."
Yudis kemudian berdecak pelan, "Ujian di sekolah tinggal berapa lagi, mas?"
"Besok hari terakhir, kenapa emangnya?"
Sang ayah kemudian membenarkan posisi duduknya dan menatap anak sulungnya intens, "Bagus," decak Yudis senang yang membuat Dima mengerutkan keningnya.
"Mau ayah atau mas aja yang pesan tiketnya?" mendengar kata tiket malah semakin membuat Dima kebingungan bukan main.
"Tiket? Untuk apa?"
Yudis berdeham pelan, "Begini loh mas, ibumu udah nggak sabar pengen cepet punya cucu, begitu pun dengan ayah. Ayah bahkan sampai pusing dengerin obrolan ibumu yang nggak jauh-jauh dari sana. Mas ngerti kan?"
Dima diam. Ia tidak tahu harus menjawab penuturan ayahnya bagaimana. Ini terlalu mendadak.
Dima memilih untuk menatap halaman yang tersaji didepannya, karena saat ini Dima serta Jihan sedang berkunjung ke kediaman orang tua Dima, sekaligus melaksanakan makan malam bersama.
"Bagaimana?" seruan sang ayah membuat Dima tersadar.
Kepalanya menoleh dan menatap lelaki paruh baya yang berstatus sebagai ayahnya itu,
"Nanti mas tanyakan pada Ina dulu, bolehkan Yah?" jawab Dima setelah menghela napas pelan.
Yudis menganggukkan kepalanya, "Tolong pertimbangkan lagi ya mas, kasian loh ibumu udah pengen cepet-cepet punya cucu" ucap sang ayah dengan nada mendesak.
Jika sudah didesak begini yang bisa Dima lakukan hanya mengangguk pasrah, lagipula Dima belum tahu apa jawaban Jihan tentang ini, apakah gadis itu ingin berlibur dengannya atau tidak.
Yaa, Dima tahu betul jika nanti bukan hanya sekedar liburan semata, melainkan untuk urusan lainnya.
•••
Sebenarnya Dima tidak terlalu buru-buru untuk segera mendapatkan momongan, namun dirinya malah didesak oleh sang ibu untuk segera mendapatkannya.
Namun, meski begitu Dima tetap akan membicarakan hal ini dengan istrinya.Jika nanti Jihan menolak dengan ketidaksiapannya, Dima cukup memaklumi dan tidak akan memaksanya, lagipula Jihan masih berkuliah, Dima tidak ingin membuat gadis itu kerepotan dan kesusahan. Dima akan bersabar untuk menunggu.
Dima yang tengah membaca buku sembari bersandar mesti terganggu dengan Jihan yang tiba-tiba memeluknya dari arah samping. Sempat meliriknya sebentar namun Dima kembali melanjutkan membaca bukunya.
"Lagi baca buku apa sih, serius amat," Jihan sedikit mengintip pada buku yang berada di tangan Dima.
"Nggak pusing apa baca buku kayak begitu?" tanya Jihan setelah melihat isi buku tersebut yang berisikan beberapa rumus dan hitungan lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
INARA : BAD WIFE [SELESAI]
ChickLit[FOLLOW SEBELUM BACA] Pernikahan muda yang mereka jalani sama sekali tidak mengubah apapun, termasuk sikap dan perilaku Inara yang masih urakan dan bebal. Akankah pernikahan itu bertahan lama atau menyerah di tengah jalan? "Lho, kok malah tidur. Ng...