Jangan lupa Vote sebelum atau sesudah membaca untuk menghargai karya penulis!
Happy Reading 💜
•••
"Masih marah sama saya? Saya udah kembalikan jepit nya pada Renata kok," ujar Dima menghampiri Jihan yang berada di dapur.
Jihan tak menanggapi dan berjalan menuju meja makan, Dima mengikutinya dari belakang.
"Renata bahkan minta maaf karena udah bikin kamu salah paham soal jepit itu. Renata nggak sengaja jatuhin di mo____"
"Kakak anterin Renata pulang?" todong langsung Jihan setelah membalikkan tubuhnya.
Dahi Dima mengerut samar, "Enggak kok," elaknya,
"Terus kenapa jepitnya bisa jatuh di mobil?" Jihan menatap Dima datar dengan sebelah alis terangkat.
"Ituu___"
"Bohong kan?! Emang benerkan kakak anterin Renata pulang hah!? Kakak suka sama si Renata itu? Kakak inget umur dong, dia itu masih sekolah! Kakak juga seharusnya ngertiin perasaan aku! Aku kecewa banget waktu tahu ada jepit rambut di mobil kakak, padahal kan aku pake jilbab nggak butuh jepit kalo keluar rumah." cerocos Jihan dengan nada suara bergetar, gadis itu menghindari tatapan Dima yang menatapnya.
Dima memejamkan matanya sejenak, "Astagfirullahal Adziim___pikiran dari mana itu? Mana ada saya tertarik sama murid saya sendiri. Dengar Ina," Dima memegang kedua bahu Jihan dan menatap maniknya lekat.
"Waktu itu saya cuma antar Renata ke toko buat beli peralatan kelas yang kurang, kasihan kalau saya biarin Renata sendiri, lagian waktu itu udah sore, saya nggak tega..."
"Oooh~ jadi kakak lebih tega sama aku dibanding sama si Renata itu!?" sungutnya langsung.
Dima menggelengkan kepalanya, "Enggak gitu, saya cuma khawatir Renata kenapa-napa karena dia saya yang suruh buat beli peralatan kelas itu ke toko. Saya bahkan minta Renata buat duduk di kursi belakang, karena kursi depan samping saya nggak boleh di isi siapa pun kecuali kamu, Ina."
Jihan termenung sesaat.
"Te__terus kenapa jepitnya bisa jatuh?" Jihan bertanya dengan tergagap karena merasa salah tingkah setelah mendengar penuturan Dima.
Dima lantas mengedikkan bahunya, "Mana saya tahu, saya nggak pernah perhatiin."
Setelahnya hening lagi, Jihan tak membalas dan bingung juga mesti berkata apa. Jujur saja setelah mendengar pernyataan Dima barusan hatinya merasa lega.
Jihan menundukkan kepalanya karena merasa malu karena sedari tadi dirinya terus saja marah-marah pada lelaki itu.
Dima tiba-tiba merogoh saku blazer nya dan memperlihatkan dua buah kertas ke hadapan Jihan yang masih menunduk.
Jihan sontak mendongak dan menatap Dima serta dua buah tiket itu bergantian.
"Ini serius?" Jihan bertanya dengan raut tercengangnya.
Dima mengangguk seraya tersenyum, kemudian memberikan dua tiket menuju negeri gingseng itu pada istrinya. Tentu saja hal itu disambut baik oleh Jihan, terlihat bagaimana gadis itu langsung merebut kedua tiket itu.
"Jangan marah lagi nanti nggak jadi liburannya," ujar Dima yang tentu saja bercanda. Jihan hanya membalasnya dengan senyuman malu-malu.
"Ini kapan?" tanya Jihan.
"Pesennya?"
Jihan menggeleng, "Berangkatnya,"
"Lusa. Saya juga udah minta izin ke dosen kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
INARA : BAD WIFE [SELESAI]
Chick-Lit[FOLLOW SEBELUM BACA] Pernikahan muda yang mereka jalani sama sekali tidak mengubah apapun, termasuk sikap dan perilaku Inara yang masih urakan dan bebal. Akankah pernikahan itu bertahan lama atau menyerah di tengah jalan? "Lho, kok malah tidur. Ng...