Jangan lupa Vote sebelum atau sesudah membaca untuk menghargai karya penulis!
Happy Reading 💜
•••
"Ihh, kok tidur mulu sih? Kapan bangunnya?" Jihan berdecak pelan saat memasuki ruang inap Dima dan menemukan lelaki itu yang tengah menutup matanya.Gadis itu berjalan mendekat dan duduk di kursi samping brankar.
"Kak, aku bawain buah nih. Ada macem-macem, yang paling banyak sih buah salak. Buah kesukaan kakak, aku baik banget kan?" monolognya.
Setelah menyimpan bingkisan buah itu Jihan lantas mengulurkan tangan dan beringsut menggenggam tangan suaminya.
"Kak, bangun dong, nggak kasian emangnya liat aku sedih begini?" ucapnya pelan.
"Awas aja ya kalo masih nggak inget aku, aku ini istri kamu kak. Masa kemarin kakak bilang aku ini calonnya Adit sih?" serunya agak beremosi.
Di saat Jihan tengah menunduk, di situlah Dima membuka kelopak matanya. Jangan pikir lelaki itu tidak mendengar semua penuturan Jihan karena pada nyatanya Dima mendengar semua ucapan gadis itu.
"Maaf ya, kemarin saya udah buat kamu sedih."
Mendengar suara seseorang yang amat dikenalnya, Jihan lantas mendongak dan menatap Dima intens. Maniknya sedikit berkaca-kaca.
Sebelah tangan Dima yang bebas ia gunakan untuk menyentuh pipi Jihan lembut, "Maaf juga udah buat kamu khawatir dan lihat saya dalam keadaan seperti ini. Datangnya musibah nggak ada yang tahu." manik mereka terkunci untuk beberapa detik.
Hening. Jihan seperti orang bisu yang tidak tahu cara berbicara.
Namun, setelah setetes air mata turun barulah gadis itu tersadar dan menepis tangan Dima yang berada di pipinya. Dima cukup terkejut namun lelaki itu hanya diam.
"Kakak nggak lupa sama aku? Aku bukan calonnya Adit, aku istri kamu, kak." ucapnya dengan tatapan intens menatap Dima.
Mendengar itu Dima terkekeh pelan, kedua tangannya menggenggam tangan Jihan hangat.
"Iya, kamu istri saya. Waktu itu saya bercanda, maaf ya."
Sontak Jihan membelalakkan matanya, "Bercanda Bercanda! Jantung aku udah kayak mau jatuh ke dengkul saking kagetnya tahu!? Tega banget kamu!"
Dima hanya tersenyum melihat respons istrinya yang kelewat lucu itu. Dima kembali menampilkan wajah seriusnya, Jihan yang melihatnya pun ikut diam.
"Masalah liburan itu, kita bisakan perginya bulan depan aja?" Dima menatap Jihan penuh makna.
Untuk sesaat Jihan diam, mungkin tengah memikirkan sesuatu. Dima dengan setia tetap menunggu.
Sebelum berucap Jihan menghembuskan napasnya dan kembali menatap Dima sama intens nya, "Kita nggak usah pergi aja ya?" jawaban Jihan barusan tentu menimbulkan kernyitan didahi Dima.
"Kenapa? Saya yakin bulan depan saya udah sembuh kok,"
Meski agak sesak Jihan tetap menggelengkan kepalanya, "Nggak perlu kak. Aku pikir kita nggak perlu liburan. Aku____" Jihan diam, ia tidak tahu harus berbicara bagaimana lagi. Jujur, Jihan masih sangat ingin pergi liburan seperti apa yang telah mereka rencanakan, namun Jihan tidak boleh egois, dirinya akan fokus merawat Dima yang baru saja mengalami musibah, meski lelaki itu berkata jika bulan depan sudah pulih seperti biasa, namun Jihan tetap akan merawatnya dan tidak akan bepergian untuk sementara waktu. Jihan tahu bagaimana lamanya pemulihan seseorang pasca kecelakaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
INARA : BAD WIFE [SELESAI]
ChickLit[FOLLOW SEBELUM BACA] Pernikahan muda yang mereka jalani sama sekali tidak mengubah apapun, termasuk sikap dan perilaku Inara yang masih urakan dan bebal. Akankah pernikahan itu bertahan lama atau menyerah di tengah jalan? "Lho, kok malah tidur. Ng...