Jangan lupa Vote sebelum atau sesudah membaca untuk menghargai karya penulis!
Happy Reading 💜
•••
Dima menutup pintu rumah dengan cukup keras, lelaki itu langsung masuk dan kelimpungan mencari keberadaan istrinya. Masalahnya sekarang hari sudah malam bahkan sudah sangat malam, Dima takut gadis itu nekad pergi keluar rumah tanpa memberitahunya.
Dima membuka pintu kamar kasar, pandangannya menyapu seluruh ruangan namun ia tak kunjung mendapati istrinya.
"Ya Allah, kamu di mana, Ina...." Dima menyugar rambutnya kasar. Namun, ia belum menyerah dan naik ke lantai atas.
Tujuannya kini menuju ke kamar mereka yang dulu, Dima membuka pintu yang bagusnya tidak terkunci. Dan betapa tercengangnya Dima saat mendapati Jihan yang tengah duduk di sofa dengan kaki bersilang dengan jari mengamit sebuah rokok.
Gadis itu hendak menghisap kembali rokoknya namun baru saja ujung rokok tersebut sampai pada bibirnya, rokok yang tinggal setengah itu direbut kasar oleh seseorang.
Jihan sontak menoleh melihat rokoknya yang kini diremas kuat oleh Dima, bahkan rokoknya masih menyala membuka telapak tangan Dima terluka karena luka bakar. Namun lelaki itu seolah kebal, rasa sakitnya terkalahkan oleh amarah yang kini sudah memuncak sampai ubun-ubun.
Jihan sempat terkejut karena kehadiran lelaki itu yang kini berada di sampingnya, namun hal itu hanya terjadi beberapa detik karena setelahnya Jihan menampilkan ekspresi datar seolah kelakuannya barusan tidak akan berdampak apapun.
Dima menghempaskan rokok yang kini sudah tidak berbentuk ke atas lantai. Maniknya menyorot tajam pada Jihan yang menoleh ke arah samping___tidak berani untuk menatap manik suaminya.
"Saya kecewa sama kamu, saya benar-benar nggak tahu harus ngomong apa lagi, saya kehilangan kata-kata setelah lihat tingkah kamu barusan." Dima menatap Jihan dengan tatapan sendunya, rasa kecewanya sudah berada di puncak. Ia benar-benar kecewa pada istrinya.
Jihan diam, seolah argumen yang telah ia siapkan hilang diterpa angin.
Dima menghela napas dan menghembuskannya kasar, dadanya kembang kempis akibat rasa marah, kesal, kecewa yang menjadi satu.
"Saya pikir kamu nggak akan berpikiran sempit lagi sampai harus merokok. Bahkan dalam keadaan mengandung kayak gini." Dima tersenyum getir, namun tatapannya menghunus tajam pada manik Jihan.
"Kamu pikir itu baik buat kesehatan kamu dan anak kita? Akal pikiran kamu di mana sih sampai harus berbuat sejauh ini?!" bentak lelaki itu begitu marah dan tanpa menunggu jawaban dari Jihan, Dima melemparkan kantung plastik yang berisikan dua box donat yang sedari tadi ia bawa.
Kemudian tanpa menunggu lagi Dima membalikkan tubuh dan pergi dari sana. Ia marah, benar-benar marah menghadapi sikap Jihan yang masih bersikap kekanak-kanakkan. Dima tak melarang Jihan marah padanya, tapi haruskah gadis itu melampiaskan rasa marahnya dengan merokok, apalagi dalam keadaan hamil seperti ini?
Jihan kuat-kuat menggigit bibir bawahnya guna untuk menahan tangisnya yang sedari tadi ia tahan, bahkan untuk menelan ludahnya saja sangat sulit. Dadanya sakit mendengar penuturan Dima dan perlakuannya padanya. Jihan rasa lelaki itu benar-benar marah saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
INARA : BAD WIFE [SELESAI]
ChickLit[FOLLOW SEBELUM BACA] Pernikahan muda yang mereka jalani sama sekali tidak mengubah apapun, termasuk sikap dan perilaku Inara yang masih urakan dan bebal. Akankah pernikahan itu bertahan lama atau menyerah di tengah jalan? "Lho, kok malah tidur. Ng...