Jangan lupa Vote sebelum atau sesudah membaca untuk menghargai karya penulis!
Happy Reading 💜
•••
Jihan menoleh ke arah samping di mana tempat tidur Dima sudah kosong. Kemana perginya lelaki itu?
Jihan membuka sedikit matanya untuk melihat jam dinding, pukul 5 pagi. Pasti Dima pergi ke masjid untuk melaksanakan ibadah sholat subuh berjamaah, Jihan baru ingat jika lelaki itu seorang imam di masjid yang memiliki jarak beberapa meter dari rumah.
Jihan memutuskan untuk bangun karena ia tidak mengantuk lagi, setelah mengikat rambutnya asal Jihan berjalan ke kamar mandi untuk menyikat gigi dan mencuci muka. Setelahnya Jihan keluar kamar tanpa menunaikan ibadah sholat subuh terlebih dulu, padahal sekarang gadis itu tidak sedang datang bulan.
Sembari mengaduk teh nya Jihan sempat-sempatnya memikirkan untuk apa Dima menanyakan rumah Mariska, kenapa lelaki itu malah bertanya pada Saras dan bukan padanya? Meskipun Jihan tidak mengetahui rumah Mariska, tapi setidaknya Dima bertanya pada Jihan agar gadis itu tidak overthinking seperti ini.
Hah? Untuk apa juga Jihan overthinking karena memikirkan itu? Toh, itu juga bukan urusannya. Biarkan saja Dima berbuat sesukanya, bukankah Jihan pernah mengatakan jika mereka akan mengurusi urusan masing-masing, kenapa sekarang malah dirinya yang memikirkan urusan Dima?
Jihan menggelengkan kepalanya berusaha mengusir pikiran yang membuat kepalanya pusing itu.
Setelah selesai mengaduk teh, Jihan membalikkan tubuhnya sembari membawa cangkir teh. Namun, saat Jihan berbalik ia sontak memekik karena Dima yang sudah berada di depannya.
"Astaga Dima, lo ngagetin aja tau nggak!? Kalo teh nya tumpah kena kaki gue gimana? Masih panas nih!" omel Jihan karena kepalang kesal dengan kehadiran Dima yang tiba-tiba.
"Astagfirullah, Ina" koreksi Dima.
"Assalamu'alaikum" ucap Dima walau terlambat namun ia tetap mengucapkan salam.
"Waalaikumsalam" balas Jihan sekenanya.
"Saya tadi habis dari kamar, tapi kamu nggak ada"
"Lo baru pulang?" tanya Jihan basa-basi sembari mulai berjalan menuju meja makan, matanya melirik ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul setengah enam.
Dima menganggukkan kepalanya dan ikut duduk di depan Jihan.
"Tumben udah bangun" Dima berucap.
Jihan yang sedang mneyesap teh nya melirik Dima, "Emangnya kenapa? Nggak boleh?"
Dima menggeleng dengan senyuman tipis, "Enggak apa-apa. Sholat subuh tadi?" tanyanya.
Jihan dengan santai menggeleng, gadis itu masih menikmati hangatnya teh yang ia buat tanpa repot-repot menawari pada Dima.
Terdengar helaan napas dari Dima, "Lain kali sholat subuh ya cantik, nanti saya bangunin lebih awal deh" dengan sabar Dima menasehati Jihan seperti sedang menasehati anak kecil yang akan belajar sholat.
Jihan tersedak mendengar Dima yang lagi-lagi memanggilnya cantik, namun Jihan berusaha untuk tidak salah tingkah.
"Sekarang, jadi kan mau minta maaf sama Mariska teman kamu itu? Mau diantar saya atau teman kamu yang lain?"
KAMU SEDANG MEMBACA
INARA : BAD WIFE [SELESAI]
ChickLit[FOLLOW SEBELUM BACA] Pernikahan muda yang mereka jalani sama sekali tidak mengubah apapun, termasuk sikap dan perilaku Inara yang masih urakan dan bebal. Akankah pernikahan itu bertahan lama atau menyerah di tengah jalan? "Lho, kok malah tidur. Ng...