Jangan lupa Vote sebelum atau sesudah membaca untuk menghargai karya penulis!
Happy Reading 💜
•••
Jihan berjalan lesu di pinggir jalan setelah ia keluar dari toko buku, sempat Jihan memergoki beberapa orang yang diam-diam meliriknya karena matanya yang sembab setelah manangis di kampus tadi.
Begitu pun dengan Dima yang mengatakan jika lelaki itu tidak bisa menjemputnya karena ada urusan di sekolah tempatnya mengajar, Jihan tak banyak bertanya dan cukup mengiyakan saja.
Jihan tak memedulikan tatapan orang-orang yang beberapa kali meliriknya aneh, Jihan terlalu lelah untuk memikirkan apa yang orang lain pikirkan tentangnya. Yang Jihan inginkan saat ini adalah mandi, meminum teh hangat, dan tidur. Pikirannya sedang berantakan saat ini dan mood nya tidak berada dalam keadaan baik.
Jihan menegakkan kepala untuk bisa melihat taksi yang mungkin saja berada di pinggir jalan, namun, pandangannya malah tertuju pada sesosok manusia yang berada di dalam sebuah cafe yang tidak jauh dari sana.
Jihan mengernyitkan keningnya, berusaha mengenali sosok tersebut. Namun, saat kedua manusia lainnya terlihat oleh penglihatannya, barulah Jihan dapat mengenali sosok lelaki yang tadi dilihatnya.
Di cafe dekat jendela sana nampak Dima yang tengah tersenyum tipis sembari mengusap surai coklat milik Rama yang berada di samping lelaki itu, Jihan ingat bahwa anak lelaki itu merupakan anak dari Gina. Sedangkan Gina, wanita itu duduk berhadapan dengan Dima dengan satu kue cake berada di atas meja.
Terlihat seperti keluarga bahagia yang tengah merayakan ulang tahunnya putranya.
Jihan diam menatap semua itu, ia merekam baik apa yang mereka lakukan tanpa menyadari kehadirannya.
Ternyata Dima berbohong dengan mengatakan jika lelaki itu memiliki urusan di sekolah, namun nyatanya kini Dima tengah duduk manis di samping bocah kecil itu.
Tanpa sadar Jihan tertawa, sungguh kejutan sekali genre hidupnya ini. Jihan tak bisa menebak takdir hidupnya yang ternyata penuh kejutan ini. Dan cukup Jihan akui jika dirinya terkejut dengan semua ini.
Melihat ketiga insan didepan sana tengah mengukir senyum bahagia seolah dunia hanya milik mereka, Jihan dapat merasakan dadanya bergemuruh serta rasa sesak sehingga dadanya terasa sakit.
Jihan kembali tertawa, "Brengsek! Kenapa hari ini gue apes banget sih!??" gumamnya pelan namun penuh dengan rasa frustrasi.
Tanpa menghampiri ketiga orang itu, Jihan membalikkan tubuhnya dan pergi meninggalkan tempat tersebut. Namun, tujuannya bukanlah rumah ataupun kampus mengingat jika kini waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam.
Tujuannya tertuju pada tempat di mana ia bisa melampiaskan rasa sesak didadanya dengan cara bersenang-senang.
•••
Dima merogoh saku celananya di mana ponselnya berbunyi menandakan panggilan masuk.
Keningnya refleks mengernyit kala hanya serentetan nomor yang tertera dilayar ponselnya, namun meski begitu Dima tetap menerima panggilan itu.
"Ya? Assalamu'alaikum?"
"Waalaikumsalam, apa benar ini dengan Pak Dima suami dari Ibu Jihan?"
Kedua alis Dima kiat bertaut kala panggilan formal itu terdengar, apalagi saat nama istrinya disebut membuat tanpa sadar jantungnya berdebar kencang.
KAMU SEDANG MEMBACA
INARA : BAD WIFE [SELESAI]
Literatura Feminina[FOLLOW SEBELUM BACA] Pernikahan muda yang mereka jalani sama sekali tidak mengubah apapun, termasuk sikap dan perilaku Inara yang masih urakan dan bebal. Akankah pernikahan itu bertahan lama atau menyerah di tengah jalan? "Lho, kok malah tidur. Ng...