Jangan lupa Vote sebelum atau sesudah membaca untuk menghargai karya penulis!
Happy Reading 💜
•••
"Mukanya kenapa cemberut gitu? Di kampus nggak ada masalah kan?" Dima duduk di samping Jihan yang tengah menampilkan raut di tekuknya.
Jihan melirik Dima sekilas dan menggeleng pelan, "Lagi bete aja," sahutnya pelan.
"Mau jalan-jalan nggak?" tawar lelaki itu dengan senyuman.
Jihan menoleh pada jam dinding yang berada di atas televisi yang kini menunjukkan pukul 5 sore, ditambah dengan Dima yang beberapa saat lalu baru pulang bekerja.
"Nggak deh, kamu pasti capek juga kan baru pulang," tolaknya.
"Kalau bareng kamu capek saya jadi hilang."
Blushh.
Pipinya merona seketika. Jihan berusaha menormalkan detak jantungnya setelah mendengar penuturan Dima yang begitu tiba-tiba mendebarkan hati nya.
"Yuk, mumpung cuacanya lagi bagus." Dima kembali berujar.
Setelah menimbang-nimbang, akhirnya Jihan beranjak untuk bersiap-siap.
"Nggak perlu ganti baju, gitu aja udah cantik." Jihan lantas menoleh pada Dima dengan sorot mata tajamnya, "Bisa diem nggak sih?"
Lo dari tadi bikin jantung gue dangdutan tau nggak?! Sambung Jihan dalam hati dengan sebal.
Dima hanya menatap Jihan polos, maniknya mengerjap lucu. "Saya cerewet banget ya? Maaf, yaudah sana siap-siap." lelaki itu malah menyalahkan dirinya, padahal Jihan yang tadi berseru ketus saja merasa biasa saja.
Setelah memakai jilbab dan sweater berwarna abu nya Jihan lantas keluar dari kamar. Untunglah mereka sudah menunaikan ibadah sholat ashar, jadi setelah ini mereka akan langsung berangkat untuk acara jalan-jalan nya.
"Mau ke mana dulu?" Dima bertanya seraya memutar kemudi.
"Terserah," seruan itu membuat Dima menoleh.
Hm, jawaban andalan para wanita.
Di perjalanan terasa hening. Jihan yang fokus pada ponselnya dan Dima yang fokus dengan kemudi nya.
Tiba-tiba Jihan berucap, "Aku kepingin sate ayam deh," serunya sembari menoleh pada Dima.
Jihan tiba-tiba menginginkannya sebab barusan ia baru saja melihat sebuah postingan di media sosial yang menampilkan seseorang tengah memakan sate, itulah sebabnya bayi di dalam perutnya tiba-tiba menginginkan makanan itu.
Dima tak banyak bicara, lelaki itu hanya membalasnya dengan anggukan singkat.
Sampai di mana mereka sampai di sebuah tempat penjual sate ayam di pinggir jalan yang cukup ramai, Jihan dan Dima keluar dari mobil dan berjalan mendekat.
Jihan duduk di kursi yang tersedia sedangkan Dima pergi memesan.
"Di bungkus atau makan di sini?" tanya Dima.
KAMU SEDANG MEMBACA
INARA : BAD WIFE [SELESAI]
ChickLit[FOLLOW SEBELUM BACA] Pernikahan muda yang mereka jalani sama sekali tidak mengubah apapun, termasuk sikap dan perilaku Inara yang masih urakan dan bebal. Akankah pernikahan itu bertahan lama atau menyerah di tengah jalan? "Lho, kok malah tidur. Ng...