Jangan lupa Vote sebelum atau sesudah membaca untuk menghargai karya penulis!
Happy Reading 💜
•••
Jihan mengerjapkan matanya saat sinar mentari menyinari wajahnya dari celah gorden yang sedikit terbuka. Gadis itu meraba nakas dan meraih ponselnya, dinyalakan ponsel tersebut hingga menampakkan layar yang sudah menunjukkan pukul 8 pagi. Jihan kembali menaruh ponselnya sembari berdesis pelan, hendak terlelap lagi. Namun sesuatu yang beru saja terlintas di pikirannya refleks membuat gadis itu serta merta beranjak dari posisi berbaringnya.
"ARGHHHHH, KENAPA MESTI KESIANGAN!?! SI DIMA UDAH BERANGKAT BELUM YA?" gerutunya kesal sembari mengikat rambutnya asal.
Tanpa merapikan tempat tidurnya, Jihan langsung pergi keluar kamar setelah mencuci muka untuk segera memasak apa yang ia janjikan kemarin pada lelaki itu.
Dengan berbekal video tutorial dari youtube, Jihan segera mengeluarkan bahan-bahan apa yang akan ia masak. Bahkan karena terburu-buru kentang yang ia bawa sampai menggelinding ke bawah meja makan.
"Ck! Kenapa sih?!" decaknya tak jelas karena kepalang kesal.
"Gue udah kayak ikutan master chef aja, ribet banget!" serunya lagi sembari mengambil pisau untuk memotong sayuran.
"Si Dima tadi makan gak ya? Aduuhh~ kenapa tuh orang gak bangunin gue sih?! Jadi kebablasan 'kan! Dia pasti ngiranya gue gak bisa tepatin janji!" omelnya masih dengan memotong sayuran dengan mata yang sesekali melirik pada layar ponselnya yang menayangkan bagaimana cara membuat tumis kangkung dan perkedel kentang.
30 menit kemudian Jihan selesai dengan segala urusan dapurnya, gadis itu menatap hasil masakannya dengan bangga, "Enak nih pasti" ucapnya dengan sangat percaya diri, tanpa melihat bagaimana kondisi dapur yang saat ini sudah seperti kapal pecah.
Sekarang Jihan sudah rapi dengan kemeja putih dan celana jeans nya, waktu menunjukkan pukul 9 pagi, itu berarti masih ada waktu untuk mengantarkan makanan ini ke sekolah tempat Dima mengajar sebelum dirinya pergi ke kampus pukul 1 nanti.
•••
"Gue belum pernah sih ke sekolah tempat dia ngajar, tapi dia pernah kasih tau apa nama sekolahnya" monolog Jihan sembari mengemas makanan yang hendak ia bawa.
Setelah mengunci pintu, Jihan keluar pagar untuk pergi ke depan komplek di mana ia bisa menghentikkan taksi di sana. Boro-boro ada mobil untuknya pergi keluar, mengendarainya saja Jihan tidak bisa. Itulah sebabnya Dima selalu mengantar gadis itu, sedangkan pulangnya Diyar lah yang selalu mengantarnya atau bahkan Jihan memakai jasa taksi.
Setelah beberapa menit berada di perjalanan, Jihan sampai di depan gerbang sekolah tempat lelaki itu mengajar. Jantungnya tiba-tiba berdegup dua kali lebih cepat, mungkin perasaan yang menurutnya aneh karena ia datang ke SMA dengan tangan yang menenteng paper bag berukuran sedang yang berisikan makanan.
Jihan tak memedulikan tatapan para murid yang kebetulan berlalu lalang dan segera menuju ke ruang guru, Jihan berharap lelaki itu ada di sana.
"Permisi..." ucapnya sembari mengetuk pintu yang sudah terbuka itu, Jihan menyapu pandangannya mencari keberadaan lelaki itu.
Salah satu pengajar yang berada di ruang guru menghampirinya, "Maaf, ada yang bisa saya bantu?" ucapnya ramah dibarengi dengan senyuman.
KAMU SEDANG MEMBACA
INARA : BAD WIFE [SELESAI]
Chick-Lit[FOLLOW SEBELUM BACA] Pernikahan muda yang mereka jalani sama sekali tidak mengubah apapun, termasuk sikap dan perilaku Inara yang masih urakan dan bebal. Akankah pernikahan itu bertahan lama atau menyerah di tengah jalan? "Lho, kok malah tidur. Ng...