Jangan lupa Vote sebelum atau sesudah membaca untuk menghargai karya penulis!
aku update lagi huhuhu, sapa yang seneng? 😁😂
Happy Reading 💜
•••
Hidup sejak kecil hanya berdua bersama sang ibu mungkin menjadi salah satu faktor Jihan yang mudah terbawa pergaulan bebas. Sejak lahir ke dunia, Jihan sudah tidak memiliki sosok ayah. Ya, jika kalian berpikir jika Jihan adalah anak hasil dari perzinahan maka itu benar. Ayahnya pergi tanpa ingin bertanggung jawab dan meninggalkan Diana yang tengah mengandung Jihan pada saat itu.
Menginjak usia 10 tahun kehidupan Jihan mulai membaik karena Diana yang memutuskan migrasi karena di tempatnya dulu banyak sekali masyarakat yang mencacinya karena ia yang hamil di luar nikah. Hingga pada saatnya Diana menemukan Sania yang merupakan tetangganya di sana. Sania begitu baik padanya tanpa memandang bagaimana kehidupannya dulu. Diana merasa amat bersyukur karena memiliki sosok teman yang begitu baik padanya begitupun pada putrinya, Jihan.
Sampai akhirnya Diana kembali pindah karena Jihan yang di terima di sekolah menengah atas dan jarak antara rumah dan sekolah cukup jauh hingga mereka memutuskan untuk pindah. Namun, pertemanan Diana dan Sania tidak putus sampai di sana. Mereka masih saling bertukar kabar dan saling mengunjungi di waktu senggang.
Namun, selang 3 bulan setelah Diana pindah mereka hilang komunikasi sampai di mana Diana dan Sania dipertemukan kembali dengan anak-anak mereka yang sudah sama-sama dewasa. Dan dari sanalah awal keinginan Diana untuk menjodohkan putrinya bersama putra dari temannya itu.
"Ma, tinggal sama kita aja kenapa sih?" Jihan menatap jengah pada ibunya.
"Mama lebih nyaman sendiri di sini, lagian mama nggak mau ganggu kalian nantinya," ujar Diana seraya menatap Jihan dan Dima bergantian.
Jihan menggelengkan kepalanya, "Nggak bakalan ganggu kok, iya kan, mas?" Jihan menoleh pada Dima untuk meminta persetujuannya. Dima lantas mengangguk mengiyakan ucapan sang istri.
"Kami nggak merasa terganggu sama sekali, kalau mama ingin tinggal di sana, kami nggak merasa keberatan," ucap Dima yang diangguki oleh Jihan.
"Ya ma? Tinggal bareng kita aja, dibolehin juga kan sama mas Dima," Jihan menyentuh tangan Diana, memohon agar ibunya itu tinggal bersamanya.
Diana menunduk melihat jemari lentik putrinya, tak lama setelahnya wanita paruh baya itu mengulum senyum tipis. Melihat Jihan yang memakai cincin pernikahan di jari manisnya membuat Diana merasa terharu. Bagaimana tidak, dulu saja saat mereka resmi menjadi pasangan suami istri Jihan sangat enggan untuk memakainya, katanya saluran darah di jari manisnya jadi tersumbat karena ia memakai cincin tersebut, padahal semua orang pun tahu bahwa itu hanya alasan saja.
Diana ikut menyentuh tangan putri semata wayangnya, "Nggak bisa, Ina..."
Ina. Entah kenapa Jihan jadi menyukai seruan itu. Nama yang mulanya ia benci kini menjadi favoritnya.
"Mama, udah terbiasa sendiri. Tolong jangan paksa mama ya? Kalau mama pengen ketemu kamu, mama tinggal dateng ke rumah kalian aja kan?" Diana akhirnya memberikan jalan tengah atas masalah ini.
"Tapi...."
"Kalau kamu yang pengen ketemu mama, tinggal minta Dima anterin kamu aja ke sini, iya kan Dima?" Diana menatap pada Dima yang langsung di iyakan oleh lelaki itu.
Jihan murung seketika, namun apa boleh buat jika ini memang kehendak ibunya ia bisa apa?
Tiba-tiba Jihan mengeluarkan buku serta penanya dari dalam tas, karena kebetulan ia baru pulang dari kampus dengan di jemput oleh Dima.
KAMU SEDANG MEMBACA
INARA : BAD WIFE [SELESAI]
ChickLit[FOLLOW SEBELUM BACA] Pernikahan muda yang mereka jalani sama sekali tidak mengubah apapun, termasuk sikap dan perilaku Inara yang masih urakan dan bebal. Akankah pernikahan itu bertahan lama atau menyerah di tengah jalan? "Lho, kok malah tidur. Ng...