First Meet

1.3K 62 20
                                    

Semua orang sudah berkumpul diruang keluarga rumah Lina, menunggu pengacara keluarga membacakan wasiat dari Tirtaraguna yang meninggal 2 bulan lalu akibat serangan jantung.

Lina dan Aldi serta Widya dan Aldo sudah duduk berhadapan dengan wajah tegang, terlebih Lina yang takut peternakan akan jatuh ketangan Aldo.

"Ma, apa mama tidak tegang?" bisik Aldo

"Untuk apa mama tegang? mama tidak peduli dengan warisan papamu, mama sudah merasa cukup dengan semua ini, lihatlah papamu meninggal tapi tidak ada harta yang bisa dia bawa, semua hanya fana nak" jawab mamanya bijak

Aldo bergelidik geli kala mendengar jawaban ibunya yang seperti motivator handal.

"Baiklah, saya akan membacakan surat wasiat yang sudah Tuan Tirtaraguna siapkan jauh-jauh hari sebelum meninggal"

Semua telinga seakan mengeluarkan sinyal terbaik untuk menangkap perkataan sang pengacara.

"Pertama, untuk istriku Lina , aku akan memberikanmu 200 Triliun rupiah, perkebunan teh, rumah dan tanah di Bandung, untuk anak pertamaku Aldi akan mendapat semua properti didalam dan luar negeri serta uang 100 Triliun rupiah"

Lina langsung tersenyum mendengar itu,

"Untuk istri tercintaku Widya, aku memberikanmu 200 Triliun rupiah, perkebunan anggur , rumah dan tanah yang kamu tempati sekarang, untuk Aldo putraku , papa akan menyerahkan peternakan sapi kita kepadamu"

"Terima kasih pak pengacara, karena sudah menyampaikan wasiat suami kami" kata Widya

"Saya tidak setuju ! pasti ada yang salah dengan wasiat itu !" kata Lina langsung berdiri menunjuk pengacara

"Hei Lina, sudah jelas-jelas itu isi wasiat Tirta ! tidak ada yang perlu dipertanyakan lagi!" bantah Widya yang ikutan berdiri berdecak pinggang berhadapan dengan Lina

"Tenang nyonya, tenang ! saya belum selesai membacakannya"

Kedua ibu itu langsung menoleh, Aldo menarik paksa ibunya untuk duduk

"Saya lanjutkan ya, untuk Aldo akan menerima peternakan ini jika dia bisa menikah dan memiliki anak untuk meneruskan usaha keluarga ini. Jika dalam satu tahun Aldo tidak menikah dan memiliki anak maka peternakan ini akan diberikan pada Aldi"

"Tu-tunggu ! apa benar suami saya berkata seperti itu?" tanya Widya

"Bukannya kamu sendiri yang berkata tidak ada yang perlu ditanyakan lagi dari wasiat Tirta? Saya setuju pak dengan isi wasiat ini"

"Baik, jika begitu saya pamit pulang"

"Pak, tapi .. pak"  Widya berusaha mengejar tapi dicegah Aldo

"Sudah ma , malu !"

"Apanya yang malu? papamu sungguh keterlaluan! Untuk apa harus memiliki anak dulu baru bisa mewarisi peternakan itu?!"  gerutu Widya

"Ehem , tadi ada yang bilang tidak peduli dengan warisan sih , siapa ya" kata Aldo menyindir kemudian berlalu kembali kerumahnya yang terletak disamping rumah ibu tirinya

"Aldo ! Aldo ! tunggu mama !"

"Sudah senangkan ma sekarang?" tanya Aldi pada Lina

"Tentu ! mama yakin Aldo tidak akan pernah bisa dan mau menikah, kita tinggal tunggu saja setahun ini berlalu" kata Lina dengan tatapan tajam dan senyum jahatnya

"Tapi aku tidak mau mengurus sapi-sapi itu Ma, bau ! aku tidak sanggup !"

"Pekerja kita banyak ! jangan khawatir itu !"

Inheritance LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang