"Ah! Aldo pelan pelan, sakit !"
"Iya ini sudah pelan, ayo lagi"
Aldo sedang memapah Maya untuk belajar berjalan setelah operasi sesar,
"Do, sudah Do, sakit sekali , aku ingin berbaring"
"Ma, baru juga 2 langkah ma"
"Nanti baru dilanjutkan ya sayang, perut bawah mama nyeri"
Maya kembali berbaring, rasanya lebih nyaman sekarang.
"Bella kapan mau sekolah sayang? Sudah ijin 2 hari loh kamu"
"Tunggu mama pulang kerumah, sepi kalau Bella pulang mama tidak ada dirumah"
"Anak mama yang cantik sini mama cium"
Bella mendekat kemudian menerima 2 kecupan dipipinya, seperti biasa Aldo hanya bisa iri melihatnya.
"Ma, Bella lapar mau ke kantin makan boleh ya?"
"Papa temani ya?" Tawar Aldo
"Papa disini saja sama mama, Bella bisa sendiri"
"Tapi nak nanti kamu -
"Bella sudah jadi kakak, mama tenang saja ya" Bella melambai kemudian pergi meninggalkan kedua orangtuanya disana.
"Aku balurkan salepnya ya"
Aldo menyibak baju Maya , membuka plesteran hingga luka bedah itu terlihat, dengan pelan Aldo memoles salep itu disana.
"Terima kasih Do"
"Aku yang harus berterima kasih, sudah berjuang melahirkan anak-anakku" kecup Aldo pada punggung tangan Maya.
"Apa dulu kamu melahirkan Bella juga operasi?"
"Tidak Do, Bella terlahir normal, bedanya dulu sakitnya diawal, tapi sekarang sakitnya belakangan"
"Maaf ya, aku tak bisa menemanimu berjuang kemarin dan 13 tahun lalu"
Tiba-tiba suasana menjadi sendu, mata Aldo berair, Maya malah sudah menangis.
"Apakah proses kelahiran Bella menyulitkan mu?"
"Aku mengalami kontraksi selama 18 jam , tapi hanya butuh 10 menit mengeluarkannya" jawab Maya hampir tertawa
"18 jam? Astaga May, kamu melewatinya sendiri pasti lebih menyakitkan, aku memang tidak berguna"
"Ada mama dan papa Do, aku tidak sendirian, tapi sekarang sudah ada kamu kan? Kamu harus siap-siap terbangun tiap malam"
"Aku sudah siap sayang"
"Dulu Bella selalu terbangun pada jam 1, jam 3 , jam 4 dan jam 6 untuk menyusu, aku sempat merasa stress karena tidak pernah bisa tidur tapi sekarang sudah ada papanya, aku bisa tidur nyenyak"
"Baiklah aku bagian menjaganya saat malam, kamu bagian pagi dan siang"
Maya mengangguk,
"Kapan kita bisa melihat Nathan?"
"Nanti ya jika kamu sudah lebih bertenaga"
*
"Aku khawatir dengan kondisi cucu kita" kata Agatha
"Aku juga, bagaimana kita mengatakan pada Maya?" Tanya Widya
"Apa dia bisa menerimanya?" Giliran Wijaya yang bertanya
Mereka bertiga berdiri didepan kaca melihat dari luar cucu bungsu mereka yang tertidur lemah didalam inkubator.
"Opa! Oma! Eyang!" Teriak Bella dari jauh
"Bella darimana sayang?"
"Dari kantin oma"
"Sendiri?!" Tanya Widya panik
"Iya, papa sedang menemani mama soalnya"
"Cucu opa sudah besar, sudah mandiri"
"Iya kan sekarang Bella sudah jadi kakak" jawab Bella ikut memandangi adiknya didalam sana
"Kapan adek bisa pulang ya?"
"Kita tunggu kata dokter ya, adek kan terlahir lebih cepat jadinya harus didalam kotak itu dulu" jelas Agatha
Mereka berempat kembali ke kamar Maya,
"Bagaimana May? Sudah enakan perutmu?" Tanya Widya
"Masih nyeri tapi sudah lebih baik dari kemarin, kalian sudah melihat Nathan?"
Mereka bertiga melempar pandangan,
"Sudah nak" jawab Agatha
"Apa mama memiliki fotonya? Aku belum melihatnya dari kemarin"
"Kami tidak boleh masuk , nanti ya tunggu Nathan kondisinya sudah lebih baik"
Maya kembali sedih, dia belum melihat anaknya sama sekali.
"Maaf menganggu, saya ingin bertanya apakah ibu mau menyusui anak ibu?" Tanya seorang perawat
"Mau ners"
Mereka semua panik,
"May lebih baik Nathan kita beri susu formula dulu ya, badanmu masih lemah" bujuk Aldo
"Jangan Do, biar aku susui dia, sekalian aku ingin melihatnya"
Perawat itu kembali dengan kursi roda, Maya dibawa keruang NICU
Dia menangis melihat anaknya yang begitu kecil, dengan beberapa selang menempel ditubuh kecilnya.
Dengan bantuan perawat, bayi yang dibalut kain biru itu ditaruh didadanya, Nathan tampak tenang didekapan sang ibu, Maya mengunakan jarinya membelai wajah kecil putranya.
Tapi sayang Nathan masih belum bisa menyusu ternyata, mau tidak mau Maya harus memompa ASInya dan diberikan lewat selang.
Maya diantar kembali ke kamar, mereka semua cemas , takut dengan reaksi Maya nanti.
"Kenapa cepat May?" Tanya Aldo
"Nathan masih belum bisa menyusu jadinya harus aku pompa ASIku" jawab Maya pelan
Mereka semua sadar, Maya belum mengetahuinya.
"Sini mama bantu nak" kata Agatha pada Maya dan menarik tirai menutupi mereka
"Ma, Nathan pasti baik baik saja kan?"
"Tentu nak, Nathan pasti tidak apa-apa, hanya perlu waktu lebih lama di inkubator"
"Tubuhnya kecil sekali ma, aku bahkan takut menggendongnya"
"Nanti juga besar , sabar ya kamu jangan dipikirkan nanti ASImu tidak keluar"
Maya kembali fokus pada pompaannya, Agatha menatap sedih melihat anaknya yang belum mengetahui kondisi Nathan yang sebenarnya.
....
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Inheritance Love
RomanceBerdamai dengan masa lalu memang tidak mudah, Tapi Masa lalu itu bagian dari cerita kita. -Aldo&Maya-