Sah

503 42 15
                                    

"Nek, apa tidak bisa dibatalkan saja?" tanya Maya duduk termenung

"Maya, ini kamu sudah memakai baju pengantin, batal apanya nak?"

"Jika aku tidak bahagia bagaimana nek? tapi sepertinya memang aku tidak akan pernah bahagia dengannya"

"Hush ! jangan sembarangan bicara, nenek yakin Aldo pria yang tepat untukmu May"

Maya kembali menghela napas kasar, entah sudah berapa kali dia menghela napas seperti itu pagi ini.

Akhirnya Sari dan Maya tiba ditempat pemberkatan, tidak ramai dan tidak meriah, sangat sederhana.

Aldo yang berdiri didepan juga menghela napas kasarnya, apalagi melihat Maya sudah berjalan menuju posisinya berdiri sekarang

"Do ! wajahmu apa tidak bisa lebih baik sedikit? terlalu muram untuk wajah pengantin pria !" bisik Widya ditelinganya

Aldo langsung tersenyum lebar sekali, menampakkan semua gigi putihnya, tanda tidak ikhlas,

Pemberkatannya sudah selesai, semua urusan hukum untuk pernikahan ini akan diurus Widya, tidak mungkin Aldo atau Maya mau mengurusnya.

Tidak ada resepsi, begitu prosesi selesai Aldo menghilang entah kemana.

"Maya, selamat datang dikeluarga Tirtaraguna" kata Widya memeluk Maya

"Aku juga ibu mertuamu, jangan lupa hormati aku juga" kata Lina yang mendekat pada mereka

"Dasar ibu mertua tiri, jangan terlalu dekat dengannya May, takut menggigit" kata Widya mengejek

"Heh ! jangan senang dulu kamu Widya, belum tentu Maya bisa hamil dalam waktu setahun ini"

Widya kaget, Maya masih tidak tahu persoalan ini, sedari tadi Maya hanya diam melihat interaksi kedua mertuanya itu, meski sedikit bingung dengan ucapan Lina.

"Maya, kamu masuk saja ya, istirahat"

Begitu Maya masuk kerumah,

"Kamu takutkan Lin? takut jika Aldo memiliki anak dalam setahun ini?" Widya membalas dengan wajah mengejek

"Kita lihat saja Wid, tidak semudah itu memiliki anak, apalagi dalam waktu sesingkat ini" Lina tertawa pergi meninggalkan Widya, memang benar Widya juga khawatir, tidak semudah itu memang memiliki anak, butuh ritual untuk mewujudkannya, maka dari itu dia segera masuk kerumah ingin memastikan anak dan menantunya melakukan ritual tersebut.

Maya masuk ke kamar yang akan dia tempati mulai sekarang, terlihat Aldo sudah terkapar tak berdaya dikasur. Maya ikut duduk disisi kasur itu,

"Kita memang tidur seranjang, tapi guling ini adalah pembatas, jangan melewati batas ini" kata Aldo membenarkan gulingnya

"Tenang saja, aku juga tidak sudi dekat-dekat denganmu"

"Kamu pikir aku juga mau dekat-dekat denganmu? jika bukan karena mama tidak mungkin aku menikahimu !"

"Aku juga tidak pernah membayangkan akan menikah dengan mama boy sepertimu"

"Ma-mama boy katamu? jangan sembarangan berucap ! siapa mama boy!"

"Aku mau mandi, jangan mengintip!"

"Aku? mengintipmu? apa tidak salah? bukannya kamu yang suka mengintip?"

Maya tidak memerdulikan Aldo dan masuk ke kamar mandi,

"Do ! Aldo !" teriak mamanya dari luar

"Ada apa lagi ma?"

Inheritance LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang