LIMA PULUH DELAPAN (2)

238 30 8
                                    


Setelah beberapa menit para relawan dan perawat berusaha membangunkan beruang madu dengan diawasi dokter, akhirnya terbangun.

Beruang madu itu bergerak gelisah dan menatap mereka dengan marah, moncongnye dibuka lebar untuk menggertak mereka semua. Len memanfaatkan kesempatan itu.

Semua orang yang melihat berdebar-debar, tak lama beruang madu itu jatuh tertidur dengan bunyi gedebuk keras.

Semua orang hampir bersorak kegirangan. Mereka berhasil!

Dokter Adam dan perawat lain menepuk punggung Len sementara Len mengusap sudut air matanya dengan pungung tangan.

Salah satu dokter, perawat dan relawan bergerak cepat menuju beruang madu itu sementara yang lain bergerak cepat.

"Camp kebakaran, beberapa hewan diletakan di tempat aman. Kita juga sudah mendirikan tenda darurat di sekitar, para warga juga setuju membantu." Lapor salah satu relawan ke dokter Adam.

"Apakah ada korban manusia juga?" tanya dokter Adam.

"Sejauh ini masih belum ada informasi masuk, apa saya cari saja informasinya?"

Dokter Adam memijat keningnya. "Tidak perlu, kita fokus yang ini saja. Tapi kalau ada yang butuh bantuan, bantu semampu kita."

"Baik. Lalu..."

"Ada apa?" tanya Adam yang menyadari kegugupan relawan itu.

"Saat ini ada virus masuk, sudah ada korban berjatuhan banyak jadi fokus pemerintah kemungkinan..."

Dokter Adam tertawa frustasi, orang-orang yang betada di sekitar sontak menoleh. "Kamu mau bilang pemerintah tidak akan bisa maksimal membantu kita?"

Relawan yang melapor langsung menundukan kepala. Biar bagaimanapun nyawa manusia memang harus didahulukan.

"Kita sudah tahu itu dari awal, tidak usah mengharapkan pihak luar." Dokter Adam menepuk bahu relawan itu.

"Baik."

"Dokter...," lirih Len.

Dokter Adam tersenyum dan melambaikan tangannya. "Ayo, kita lanjutkan."

Len mengangguk.

_________

Karina memeriksa denyut nadi tangan Agus.

"Bagaimana?"

Karina menggeleng. "Aku tidak merasakannya sama sekali."

Agus mengerutkan keningnya, ia melakukan hal sama yang dilakukan Karina. Tidak ada denyut nadi. Jangan-jangan...

"Aku jadi zombie?"

Karina mengeplak kepala Agus tanpa sadar.

"Aduh!" Agus menjerit kesakitan.

"Ma- maaf dok." Karina lupa kalau kondisi Agus saat ini spesial.

Agus mengelus kepalanya dengan pelan.

"Lagian bercandanya keterlaluan."

"Kamu kira aku bercanda? aku panik! panik! denyut nadiku gak terasa sama sekali!"

Karina menggosok leher belakangnya. "Aku benar-benar minta maaf."

Agus menunjuk pipi kanannya.

"Ya?"

"Minta maafkan?" Agus masih menunjuk pipinya.

Karina hendak mengangkat tangan kanannya lalu teringat situasi dokter plastik gila satu ini.

VET vs DOKTER PLASTIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang