DUA PULUH TUJUH

1.3K 94 1
                                    


Setelah berita kematian dokter Raffi, aktifitas dilakukan seperti biasa sesuai perintah ketua. Beberapa relawan yang mengetahui diminta tanda tangan surat perjanjian untuk tidak menyebar berita ini. Jo yang membaca isi perjanjian menilai berlebihan.

"Baru kali ini ada klinik berlebihan seperti ini," komentar Agus setelah menandatangani surat perjanjian itu.

Karina yang bisa mendengar celetukan Agus, menoleh ke Agus, "Itu karena kamu tidak mengerti kinerja kami."

Jo menaikan salah satu alisnya, "Maksudnya?"

"Tidak sedikit pasien kami adalah hewan liar dan langka, kami juga sering berhadapan dengan pemburu, kolektor bahkan pengusaha. Berita kematian dokter Raffi menjadi angin segar bagi mereka," kata Karina sambil memotong kuku kucing.

"Karena hal ini, kami memutuskan keluar dari relawan," tukas Jo.

"Kenapa?" tanya Karina ke Jo.

"Kami juga punya pekerjaan sendiri," sahut Agus yang duduk berhadapan dengan Karina.

Jo memutar kedua bola matanya, padahal alasan terbesar Agus adalah takut ular. Bima sudah bicara ke Donny untuk menjadikan Agus sebagai asisten, menggantikan tugas Raffi. Agus tidak bisa terang-terangan menolak di hadapan mereka berdua jadi ia hanya bisa mengeluh dihadapan Jo.

Karina menatap tajam Agus, "Tidakkah aneh, kita bermusuhan tapi duduk sedekat ini?"

Agus tersenyum lebar. "Aku khawatir kamu bad mood lagi seperti beberapa hari lalu."

"Tidak usah menghkhawatirkan aku, khawatirkan dirimu sendiri." Karina melanjutkan kegiatannya.

"Tidak bisakah kita tidak bermusuhan lagi?" tanya Agus.

Karina menatap tidak percaya Agus. "Kalau yang kamu bilang kita menjadi saingan program TV lagi, tidak masalah."

"Kamu kembali memandu acara itu lagi?" tanya Agus tidak percaya.

Gantian Karina yang tersenyum lebar. "Kapan kalian berdua keluar dari sini?"

Agus merengut kesal mendengar pertanyaan Karina. Sebenarnya misi belum selesai tapi menjadi asisten pawang ular? Ogah!

"Segera." Jawab Jo.

"Baguslah." Sahut Karina.

"Kamu benar-benar menginginkan kami berdua keluar?" tanya Agus.

"Kalau dokter Jo, aku tidak mempermasalahkannya. Tapi kamu? Hanya mengganggu mata saja." Tukas Karina.

"Kamu..." Agus berusaha menahan emosinya.

"Karena ini bukan tempat kamu." Kata Karina sambil melepas kucing yang sedaritadi dipegangnya. "Ini tempat untuk hewan, bukan tempat kecantikan."

"Tidak bisakah kamu berpura-pura menerima kami?" tanya Agus.

"Sudah aku lakukan dari pertama kalian datang." Angguk Karina yang merasa tidak bersalah. "Keputusan kalian keluarpun bukan paksaan dari aku bukan?"
Wajah Agus bertambah kesal mendengarnya.

Jo berusaha menengahi mereka berdua. "Dokter Karina, apa yang bisa saya bantu? Hari ini kami tidak turun ke lapangan, beberapa relawan lain juga sudah kembali ke rumah mereka."

"Memangnya kalian tidak punya pekerjaan? Kalian berdua dokter bukan?" Karina bertanya dengan heran.

"Kami sedang cuti." Jawab Agus.

"Hmmm." Karina mengangguk. "Sebenarnya akupun tidak punya pekerjaan hari ini, semua sudah diambil alih... aku hanya disuruh menjaga kantor dan menerima telepon seharian ini, yang bisa aku lakukan sekarang hanya memotong kuku kucing-kucing yang dibuang pemilik sebelumnya atau memandikan anjing."

VET vs DOKTER PLASTIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang