ENAM PULUH SATU (II)

1K 57 15
                                    

"Dokter Reina, gawat!"

Reina mengangkat kepalanya ketika salah satu perawat hewan membuka pintu tanpa mengetuk dengan terburu-buru. "Ada apa?"

"Ada beberapa aktifis hewan dan pemilik marah-marah ke tempat kita."

"Marah-marah?"

"Itu-"

"Ada apa? tidak mungkin mereka tiba-tiba marah."

"Salah satu dokter hewan di tempat kita ceroboh saat menangani pasien sehingga menyebabkan kematian, pemilik tidak terima dan mengadu ke media sosial."

Mata Reina melebar ngeri. Kalau sudah dibawa ke media sosial, bisa bahaya lagi. Ia segera membuka handphone dan mencari kasus di grup pecinta hewan.

"Kamu tahu dokter yang mana?" tanya Reina.

"Mereka tidak mau menunjukan bukti sampai bertemu dokter."

Reina memijat keningnya.

"Dokter-"

"Aku pelajari dulu kasusnya baru menemui mereka, bawa ke ruang tunggu."

"Kita tidak bawa mereka keliling untuk menyakinkan kalau kita tidak menyalahi prosedur?"

Reina menggeleng. "Orang yang sudah membenci kita tidak akan mau menerima penjelasan apapun, mereka justru mencari kesalahan kita sekecil apapun."

Perawat hewan itu mengangguk paham lalu keluar dari ruangan, melaksanakan perintah Reina.

Reina kembali mencari kasus dan ketemu dengan judul 'Program steril rumah sakit hewan xxxxxx membawa malapetaka.'

Reina mengerutkan kening ketika membaca judulnya, memang ada program seperti ini tiga bulan sekali karena yang mendaftar melebihi batas target tapi semenjak tunangannya ditangkap dan rumah sakit hewan harus diam-diam mengirimkan kebutuhan ke kamp di Kalimantan, mereka menghentikannya.

Siapa yang melakukannya? perintah profesor?

Reina membaca satu persatu kasus yang dialami pemilik. Kucing betinanya ada yang hamil lagi, jahitan operasi yang kurang rapi sehingga menimbulkan pendarahan dan harus kembali ke dokter hewan tapi tidak kunjung sembuh, yang ada kematian lalu kucing jantan yang ternyata testisnya masih ada atau juga jahitan kurang rapi sehingga alternatif lain mereka ke dokter hewan lain, yang pasti semua peserta saat itu bermasalah.

"Kenapa-"

Reina kembali membaca kasus lain dengan mengaitkan rumah sakit hewan miliknya.

Ditemukan ruang rawat inap yang ada kecoa dan tikus bersliweran.

Reina melihat foto-foto yang dicantumkan. Dari foto bisa dilihat ini ruang ranap dari rumah sakit gedung lama yang sudah tidak dipakai, dibiarkan kosong karena rencana akan dipakai untuk ruang penelitian dan belajar dokter hewan junior sehingga tidak perlu repot ke Kalimantan untuk belajar.

Reina lalu beralih ke klaim para pemilik hewan yang sempat membawa rawat inap kesana, kucingnya ada yang bertambah lemas, anjingnya bahkan kena leptospirosis seteleh di bawa ke rumah sakit hewan lain dan berbagai macam klaim lainnya.

"Siapa yang memakai rumah sakit gedung lama?"

Tunggu, kalau tidak salah gedung dan tanah berdiri atas nama dirinya, itu berarti...

Reina bangkit dan berusaha menelepon profesor Hendra. Setelah menunggu lama dan mengulang menelepon tidak ada jawaban. Ia segera keluar dari ruangan dan menemui para aktifis dan korban pemilik hewan.

Sial, mereka sudah mulai bergerak!

___

BRAK!

Para dokter, perawat yang sedang istirahat karena kelelahan sontak menoleh ke Len yang menggebrak meja sambil memegang ipad.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 14, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

VET vs DOKTER PLASTIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang