EMPAT PULUH LIMA

1K 64 0
                                    


Setelah membaca sebagian besar isi buku dengan cepat, Karina menutup buku dan menghela napas. Bukan hanya polisi hutan tapi ini juga rekapan jadwal ranger, darimana mereka semua mendapatkan ini? Pantas saja mereka dengan mudahnya bisa berburu hewan dengan santai. Tapi tidak mungkin hanya itu saja, pasti ada factor lainnya. Tapi apa?
Karina mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan, tempat apa ini sebenarnya dan kenapa bisa diubah fungsi sesuka hati?

U... U...

Karina terperanjat. Ia menoleh ke jendela di belakangnya. "Burung hantu... sudah malam. Sebaiknya aku harus kembali."

Karina menatap sekeliling lagi untuk memastikan tidak ada yang terlewat lalu mengambil barang-barang yang dibutuhkan dan pergi.

TING TONG

"Bagas, kamu buka pintunya." Pinta Rose

"Ok." Bagas bangkit dari sofa malasnya sambil berjalan dan melihat handphonenya.

Andreas yang melihat itu, mengekori masnya dari belakang. "Mas, jangan pegang hape mulu..."

"Berisik." Jawab Bagas sambil membuka pintu ruang tamu. Ia terkejut melihat siapa yang datang. "kamu..."

Ditya menghela napas. "Hallo."

Bagas memasukan handphonenya ke dalam saku celana dan menatap heran Ditya. "Kenapa bisa..."

"Aku tanya ke berbagai tempat soal alamat kalian, ternyata mamaku tahu ya sudah aku kesini saja." Jawab Ditya dengan enteng. "Jadi, kamu pengacara yang sempat memenjarakan adik ayahku."

"Ada apa memangnya?"

Ditya tersenyum. "Efeknya mulai sekarang ya, perlahan menuju kebangkrutan."

"Hukum selalu adil dan saya pasti akan membela yang benar, saya tidak akan menyerah jika ada yang berusaha menghancurkan saya."

"Termasuk putri kamu?" pancing Ditya.

"Sudah, sudah... kenapa kalian jadi bertengkar siiih." Raka berusaha menengahi.

"Raka?" Bagas terkejut melihat Raka juga ada disini.

Raka hendak menjawab ketika Rose berseru kegirangan.

"Raka! Ditya! Masuk, masuk... tante baru saja selesai masak."

Raka tersenyum lalu masuk ke dalam rumah melewati Bagas dan Andreas sementara Ditya tersenyum mengejek ke Bagas. Memang sih Bagas tidak pernah ada masalah dengan Ditya, tapi memikirkan Bagas kakak Agus sialan itu cukup membuat dirinya jengkel.

Bagas menutup pintu dengan heran setelah melihat satpam yang geleng-geleng kepala kedirinya.

"Dokter Ditya!"

Ditya menoleh lalu mengernyit.

"Ini aku... Andreas." Andreas menunjuk dirinya sendiri.

Ditya langsung ingat. "Oh... bukannya kamu di Jerman?"
"Lagi liburan sekarang, dokter diundang mom datang kesini?" tanya Andreas.

Ditya menggeleng. "Saya ada perlu dengan tante Rose dan anaknya yang pengacara."

Andreas melirik masnya yang berdiri di belakang mereka berdua. "Mas Bagas?"

VET vs DOKTER PLASTIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang