Hendra meremas koran dan membuangnya ke sembarang arah. Pagi ini dia dikerjutkan artikel mengenai putrinya, dosa lama yang diungkit kembali. "Dia benar-benar keterlaluan, maunya apa sih?"
"Sabar pa." Sinta menyabarkan suaminya, dia sebenarnya juga ingin marah tapi melihat suaminya marah, lebih baik dia meredam amarahnya.
"Stasiun TV sudah menelepon Ditya soal ini." Kata Ditya.
"Apa kata mereka?" tanya Hendra.
"Mereka malah ingin mewawancarai Karina." Jawab Ditya.
"Jika mereka bisa mewawancarai adik kamu, rating mereka akan semakin naik dan mengalahkan program kecantikan itukan?" tanya Erin.
Ditya mengangguk singkat.
Hendra dan Sinta saling menatap khawatir, mereka lupa soal program TV Karina.
"Pa? ma?" Ditya menatap curiga kedua orangtuanya yang mendadak cemas.
Hendra menatap putra sulungnya. "Kamu gantikan adik kamu."
Ditya melotot ngeri sambil menunjuk dirinya sendiri. "Ditya? Tapi pa..."
"Tidak ada tapi-tapian Ditya, sekarang kondisi kita sedang tidak baik. Kamu mau membiarkan adik kamu muncul di depan TV dengan makian dari beberapa orang? Kamu tahukan... netizen itu lebih cepat memaki daripada mencari fakta." Sinta berkata dengan tegas.
"Kok mama jadi ikut-ikutan?" Ditya berkata melas.
Erin yang duduk berhadapan dengan Ditya hanya bisa tersenyum. Baru akhir-akhir ini saja dia bisa melihat sikap manja Ditya, padahal diluar sangat tegas.
"Handphone yang papa beli waktu itu sudah bisa?" tanya Hendra.
"Dityakan sudah kasih ke mama." Ditya menatap Sinta.
Sinta menghela napas dan membongkar tas tangannya untuk mengambil handphone baru suaminya. Setelah ditemukan, Sinta memberikannya ke Hendra. "Ini. Mau buat apa?"
Hendra menerima handphone dari istrinya lalu dimasukan ke kantong celana. "Nanti mama juga tahu, pokoknya papa tidak mau tahu... biar bagaimanapun caranya, kamu harus gantikan adik kamu."
"Tapi pa..." Erang Ditya.
"Nanti papa beritahu Karina." Hendra berdiri dan meninggalkan ruang keluarga lalu masuk ke dalam kamarnya.
"Jangan buat mood papamu jelek pagi ini, Ditya."
"Tapi ma..."
Sinta berdiri dan cepat-cepat menyusul suaminya tanpa memperdulikan keluhan putranya.
Ditya mengerang kesal.
PIP PIP PIP
Ditya mengangkat handphone tanpa memeriksa siapa yang meneleponnya. "Hallo!"
"Lo udah baca koran hari ini?" tanya Raka di handphone.
"Telat! Bokap gue sudah baca duluan, moodnya ancur hari ini." Ditya memergoki Erin yang mencuri pandang dirinya. Ditya berdiri sambil membawa tasnya dan naik ke atas menuju kamarnya.
Erin menghela napas dengam wajah sedih. Padahal ia ingin melihat Ditya lebih lama lagi.
"Terus gimana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
VET vs DOKTER PLASTIK
RomantikAgus lebih suka dikenal sebagai "dokter Rangga" Dokter bedah terkenal dan ahli kecantikan. Gara-gara sang bapak marah, dia jadi menuduh dokter hewan "Karina" sebagai pelakor yang mengubah sifat bapaknya dan mengubah si ahli kecantikan menjadi pengun...