TIGA PULUH ENAM

1.2K 84 1
                                    



Jibun ni wa nai mono bakari (Tak ada hal yang kumiliki)

Kanae mo shinai mono bakari (Tak ada yang bisa kuwujudkan)

Urayande kusumu kokoro ni (Hatiku penuh dengan rasa iri))

Mata iya ni naru kedo (Membuatku membenci diri sendiri)

Floria – Tomohisa Sako

"Tuuuut."

Karina menoleh dengan cepat dan menatap tidak percaya Agus. "Kamu kentut?"

Agus menepuk perutnya. "Makan tape doang ya begini hasilnya."

Karina menutup hidungnya. "Busuk sekali baunya!"

"Namanya juga hasil olahan dari tapi." Agus mengangkat separuh bokongnya lalu memasang tampang lega setelah mengeluarkan sisa gas dari perutnya.

"Gila! Malah kentut lagi!" Karina menjauhi Agus dan memunggunginya.

"Jangan cerewet! Berbagi itu indah." Tukas Agus.

Karina bersungut kesal sambil menutup hidungnya dengan susah payah, meski kentut Agus masih bisa menyusup di hidung Karina sementara Agus malah menepuk-nepuk perutnya dengan tampang tidak berdosa.

Agus melirik punggung Karina. "Bagaimana keadaan luka jahit kamu?"

Karina tidak menjawab.

"Hei, aku bertanya!" Agus menjadi kesal karena Karina tidak menjawab pertanyaannya.

Karina yang menutup hidung dengan kedua tangannya sontak menoleh ke belakang. "Kentut kamu bauuu! Bagaimana bisa aku jawab..."

Agus nyengir.

Karina mendengus kesal, ia kembali memunggungi Agus.

"Setidaknya kamu bisa jawab di posisi begitu."

"Baik-baik saja, puas?" Karina menjawab dengan ketus.

"Serius? Mau aku periksa?"

Karina menoleh ke belakang. "Sebenarnya kamu ini dokter kulit atau bedah plastic sih?"

"Memang ada bedanya?"

"Meskipun aku dokter hewan, aku nggak bego amat soal itu."

Agus mengangkat kedua bahunya.

"Ya udah, kalau nggak mau jawab." Karina kembali memunggungi Agus.

Agus menghela napas. "Aku multifungsi, aku dokter kulit sekaligus bedah plastic."

Karina balik badan, ia tidak menutup hidungnya. Bau kentut Agus sudah digantikan dengan bau tape yang dioles ke tembok. "Serius?"

"Dua rius."

"Tapi kenapa..."

"Orang-orang memang tahunya aku dokter bedah plastic soalnya di rumah sakit dan klinik aku hanya menulis posisi bedah plastic daripada spesialis kulit." Agus melirik Karina yang masih tidak mengerti. "Dulu, aku dokter spesialis kulit lalu aku kuliah lagi dan mengambil posisi bedah plastic."

"Kenapa? Satu saja cukup bukan?"
Agus menghela napas. "Aku butuh banyak uang."

"Uang?"

VET vs DOKTER PLASTIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang