DUA PULUH ENAM

1.6K 88 2
                                    


"Dokter Karina tidak diijinkan keluar camp?" tanya Jo setelah mendengar penjelasan dari Raffi.

"Iya, ketua sudah membuat peraturan begitu setelah dokter Karina tertembak," jawab Raffi sambil mengemas barang-barang untuk dimasukan ke mobil.

"Menurut dokter Raffi, kenapa ketua membuat peraturan begitu?" Jo berusaha mencari informasi dari Raffi.

Raffi mengerutkan kening, "Itu hal biasa, saya dulu pernah tertembak juga tidak diijinkan keluar."

Jo tidak puas dengan jawaban Raffi.

"Ketua sangat paham sifat anak buahnya dengan sekali lihat, dia tidak akan mengijinkan anak buahnya menantang nyawa saat bertugas."

"Bukankah bagi sebagian orang itu bagus?" tanya Jo.

Raffi menggeleng, "Ketua tidak menyukai itu. Kita sebagai dokter hewan memang harus menyelamatkan nyawa hewan di depan mata tapi kita juga harus memperhatikan batas tenaga kita. Orang luar memang akan kagum dengan pengorbanan kita tapi tidak untuk keluarga kita."

"Oh, sekarang saya mengerti," Jo mengangguk paham. Ia teringat masa lalunya saat ikut karate, saat itu ada yang bersikeras ikut pertandingan padahal kakinya baru sembuh dari cedera.

"Ini sudah semuanya?" tanya Agus sambil meletakan kardus di bagasi mobil Raffi.

Raffi menghitung kardus dan mengangguk, "Sudah semuanya, terima kasih."

Agus celingukan kanan kiri, "Dokter Karina?"

Jo menepuk bahu Agus, "Lagi sama ketua."

"Ketua? Bukannya ikut? Katanya dia yang punya ide inikan?"

"Nanti aku cerita di mobil," kata Jo.

"Raffi!" Bima jalan menghampiri Raffi sambil melihat bagasi mobil Raffi yang terbuka, "Banyak sekali yang dibawa."

"Yang dibawa bukan hanya brosur tapi juga makanan dan lainnya, kenapa?" tanya Raffi.

Bima menghela napas, "Terus ularku ditaruh dimana?"

"Dokter tidak bawa mobil?" tanya Raffi.

"Mobil saya di bengkel, haduh mana mobil operasional tidak cukup," Bima memijat keningnya.

Raffi menoleh ke Jo dan Agus, "Bagaimana kalau mobil dokter Jo dan dokter Rangga?"

Agus melongo panik sementara Jo memutar otak untuk mencari alasan.

Bima bertanya ke Jo, "Bolehkah kami menumpang?"

"Tapi..."

"Dokter Bima."

Bima menoleh, "Dokter Karina."

"Masih belum ada tumpangan?" tanya Karina.

Bima tersenyum, "Saya masih bertanya ke dokter Jo."

Karina melirik Agus, "Mana mungkin diijinkan, yang satunya kan masih takut sama uler."

Bima, Raffi dan Jo menatap Agus bersamaan.

Agus yang merasa diintimidasi, menunjuk dirinya dengan gugup, "Siapa? Aku? Nggaklah, akukan sudah latihan."

"Dokter dengar sendirikan," Karina memberikan jas putih dan tas ke Bima, "Ini ketinggalan tadi."

"Terima kasih," Bima menerimanya.

"Dokter Bima kalau mau menumpang, boleh," sahut Agus dengan kesal.

"Benar boleh?" goda Jo.

Agus menatap Jo, "Tidak mungkinkan kita diam saja melihat orang kesulitan."

VET vs DOKTER PLASTIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang