LIMA PULUH DUA (1)

1K 75 6
                                    



Aku berjuang,

Kamu berkorban,

Kita berharap.





Perkenalkan, namaku Rangga (BUKAN AGUS! INGAT ITU!). Pria tampan dan memikat banyak wanita termasuk abg labil, pekerjaanku mapan sesuai impian orang banyak yaitu dokter bedah plastic dan kulit. Kerenkan?

Awalnya aku ingin mengambil spesialis jantung, tapi setelah melihat langsung bagaimana proses operasi jantung yang ribet dan pastinya tidak menghasilkan uang banyak dalam waktu singkat, aku beralih ke spesialis kulit lalu tak lama setelah kelulusan aku melihat maraknya operasi plastic dan perawatan yang dilakukan orang-orang kaya. Dengan perjuangan sendiri tanpa diketahui kedua orang tua dan mas Bagas... akhirnya aku bisa menjadi bedah plastic dan ahli kecantikan.

Yah, berkat itu banyak wanita matre yang mendekat bahkan mau berkencan semalam denganku. Tapi semua perjuanganku itu bukan karena rasa ego melainkan rasa kasih sayang untuk perempuan kecil yang aku sayangi. Ica.

Ya, semua pengorbanan dan kerja keras itu untuk anak kecil bertubuh lemah dan membutuhkan dana extra untuk pengobatannya.

Mas Bagas? Yah, pekerjaan pengacara pasti ada pasang surutnya. Untuk memiliki firma hukum sekelas Skadden (firma hukum terbaik di USA) saja tidak mudah dan butuh pengorbanan besar sementara mas Bagas tidak siap melakukan itu.

Mau tidak mau akulah yang harus maju dan membantunya. Aku adik yang baik? Bukan, aku bukan adii baik. Aku hanya kebetulan memiliki hati nurani untuk anak kecil.

Dan begitulah.... Pengorbananku paling besar selama ini hanya untuk keponakan kecilku. Aku rela bekerja keras, dan susah demi anak kecil seperti Ica. Sejak di perutpun semua dokter sudah mewanti-wanti untuk menggugurkan Ica karena perkembangan organ dalam Ica sangat lambat di dalam janin. Dikhawatirkan akan lahir cacat.

Untung saja Ica lahir dengan selamat meskipun dengan tubuh lemah, semua kekhawatiran dokter tidak berlaku. Kami semua menyambut suka cita.

Agus menatap Reena dari belakang. Mungkin itulah yang dirasakan Reena waktu itu saat melahirkan anak-anaknya, bahagia menjadi ibu. Tidak memperdulikan nasib masa drpan mereka.

Agus tidak bisa melupakan wajah bahagia mas Bagas menatap Ica meski di waktu bersamaan istrinya meninggal, mungkin disaat itu juga hatinya tergugah dan ikut berjuang membantu membesarkan Ica dengan caranya sendiri. Yah, sama dengan sekarang.... Entah kenapa dirinya jadi mau menolong dokter hewan gila padahal pertaruhannya nyawa.

Agus menghela napas.

Seandainya saja ia punya hati untuk kabur... tapi rasanya berat sekali, meninggalkan Karina sendirian di hutan.
Hm? Bagaimana dengan dokter Raffi? Biarin aja, kan dianya sendiri yang cari penyakit.

"Reena."

Reena tetap berjalan lurus.

Agus melanjutkan perkataannya. "Dulu aku berjuang demi seorang anak perempuan kecil bertubuh lemah, dan sekarang... aku berjuang demi seorang ibu dan perempuan keras kepala. Apakah menurutmu aku pantas mendapat hadiah?"

Reena menghentikan langkahnya.

Agus sontak ikut berhenti, ia tetap menjaga jarak.

Reena mengendus sesuatu di udara.

Agus mengikuti tingkah laku Reena. Tidak ada bau yang aneh.

Reena melanjutkan perjalanannya.

Agus menghela napas panjang. "Memang percuma mengajak bicara hewan. Yang ada capek sendiri, jengkel sendiri."

VET vs DOKTER PLASTIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang