ENAM PULUH (II)

265 31 19
                                    


"Ka."

Arka yang sedari tadi membaca buku, menoleh ke istrinya. "Mhm?"

"Menurut kamu ini ada hubungannya dengan papa?"

Arka mengerti arah pertanyaan Nina. Papa disini adalah papa kandung Nina. "Entahlah."

Nina duduk di pangkuan Arka dan memeluk leher suaminya. "Awalnya aku ingin bantu nolong Ica tapi gak nyangka kalau kasus yang kita hadapi besar."

Arka membelai kepala Nina.

"Maafkan aku." Kepala Nina bersandar di bahu Arka, "Luka lama jadi terbuka kembali."

"Ini bukan salahmu."

"Tapi kamu jadi terluka."

"Itu cerita lama, tidak ada yang perlu ditangisi sekarang." Arka memeluk istrinya dengan erat dan memejamkan matanya. Ia mulai mengingat kejadian masa lalu yang membuatnya tidak mau mengakui ayah kandungnya sendiri.

Waktu itu Arka, mama dan kakaknya tidak bisa berbuat apapun. Dari awal papa memang suka selingkuh sekaligus membuang keluarganya, itu sebabnya Arka dan kakak tidak pernah berkumpul dengan keluarga besar papanya.

"Meskipun kita baru bisa membuka sebagian, kita tetap tidak bisa membawa pulang Toku. Profesor Hendra sudah terlalu sakit hati melihat putrinya dilempari lumpur."

"Kalau begitu kita tidak pulang ke Indonesia?" tanya Nina sambil menatap wajah suaminya.

"Mungkin itu yang terbaik, kenalan profesor banyak jadi kita harus melindungi Toku."

"Apakah tidak ada dokter lainnya? kalau perang begini, kasihan Ica."

"Tidak ada. Dokter berbakat seperti Tokuro sangat langka."

"Sebenarnya ada satu dokter yang saya kenali, kemampuannya diatas saya." Tokuro masuk sambil membawa cangkir kopi.

Nina dan Arka bertukar pandang. Siapa?

"Karina," jawab Tokuro.

Nina bingung. "Ini Karina yang aku kenal?"

"Kamu kenal Karina?" tanya Tokuro.

"Maksud kamu Karina, anak dari dokter hewan?" tanya Arka.

Tokuro menghela napas berat. "Ya."

Arka menatap Tokuro, "Kenapa kamu bisa bilang begitu?"

"Ada satu hal yang belum saya ceritakan ke siapapun," Tokuro menyesap kopinya untuk menelan rasa gugupnya.

Nina turun dari pangkuan suaminya dan menatap heran Tokuro.

"Karina lebih berbakat dari saya, mengenai teknik operasipun dia yang mengajarkannya kepada saya saat kami masih berhubungan."

"Bersamaan dengan itu kamu iri dengan kemampuan Karina," tebak Arka.

Tokuro tidak membantahnya. "Persaingan ketat saat itu, Karina memiliki latar belakang yang bagus sementara saya hanya anak haram. Kalau saya berhasil, kemungkinan besar saya bisa membantu Karina mendapatkan mimpinya-"

"Atau menolong orang tua Karina," potong Arka.

Nina menipiskan bibirny dan menatap kecewa Tokuro. Nyawa seorang gadis kecil ada di tangan seorang dokter pengecut.

Sementara itu di rumah sakit tempat Ica.

Plak!

"Haduh, pak!" Andreas menggosok pipinya yang kena tamparan maut bapaknya.

"Nyamuk!" kata Andre sambil menjatuhkan sandalnya ke lantai.

"Ya, kira-kira dong kalau mukul. Masa pakai sandal?"

VET vs DOKTER PLASTIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang