TIGA BELAS

2.1K 105 2
                                    


Setelah mulai bekerja. Karina jarang sekali memperhatikan pola makan, baginya makan siang adalah saat-saat termewah yang dimilikinya. Tapi makan siang sekarang bukan waktu mewah lagi melainkan waktu mengerikan untuknya.

Astaga, kenapa dirinya bisa lupa kalau orang ini anak kandung kakek baik hati.

"Kenapa cemberut?"

Karina mengangkat wajahnya, ia hendak menjawab tapi ia melihat kakek Ica sedang menatap tajam putranya.

Di meja sepanjang ini, beliau duduk di tengah sementara dirinya duduk tepat di samping beliau karena Ica menolak duduk ditempat papanya, karena itu tidak sopan (katanya). Hal ini menyebabkan dirinya harus duduk berhadapan dengan dokter plastic sialan ini.

Agus yang sedari tadi cemberu, memperhatikan Karina sontak menoleh ke bapaknya, "Bapak tanya ke A... Rangga?"

"Bapak Cuma tanya ke anak yang bernama Agus bukan Rangga," bapak menjawab dengan enteng.

Agus menatap kesal bapaknya.

"Udahlah om, nanti si Agus jadi nggak bisa makan enak. Dia harus punya energy nanti di rumah sakit," sahut Jo yang dibalas cekikikan Ica.

"Memangnya om Agus nggak punya energy?" tanya Ica dengan polos.

"Lho? Kamu kembali lagi ke rumah sakit?" tanya bapak ke Agus.

Agus menggaruk keningnya, "Sebentar saja sih pak."

"Hmmm..." bapak manggut-manggut, "Kamu telat pulang atau menginap di tempat lain?" tanya bapak sambil menyendok nasinya. "Oh, sekalian saja malam ini tidak usah pulang, bapak sama Ica mau ke klinik hewan."

Agus menaruh sendok dan garpu dengan kasar, "Memangnya bapak lama di rumah sakit? Bawa semua orang kesana?"

"Tidak, bapak Cuma kesal aja ada yang pulang malam," sahut bapak dengan enteng.

"Pak, Agus bukan anak kecil. kalau bapak tidak mau Agus tinggal disini, tinggal bilang aja," Agus benar-benar kesal dengan tingkah bapaknya.

Jo menyenggol tangan Agus, "Sssttt..."

"Apa sih?" Agus menoleh ke Jo.

"Sebenarnya kita harus manggil kamu Agus atau Rangga sih?" tanya Jo yang berusaha menahan tawa.

Agus yang menyadari kesalahannya, menoleh ke perempuan itu. Perempuan itu malah asyik menunduk dan khidmat dengan makanannya.

"Makanya, jadi anak itu jangan gengsian. Bingungkan sama nama sendiri," bapak menaik turunkan alisnya dengan usil.

Agus yang diserang berbagai pihak dan tidak bisa membalas, berdiri meninggalkan meja makan dengan kesal, "Jo. aku tidak ke rumah sakit nanti sore, bilang sama orang-orang..."

"Tapi kamu tidak bisa seenaknya..." Jo mendongak menatap Agus yang berdiri.

"Rumah sakit terkenal berkat aku, jadi cuti hanya setengah hari tidak masalah bukan?!" Agus menjawab dengan angkuh.

Jo menghela napas dan mengangkat kedua bahunya.

"Om Agus kok sukanya marah-marah sih?" tanya Ica ke kakeknya.

"Om kamu lagi PMS," bapak Agus menjawab dengan santai.

"AKU DENGAR!!!" teriak Agus dari atas.

Jo yang mendengar teriakan temannya, mengangkat kepala, "Tajam juga."

Karina memiringkan kepalanya. Ia heran dengan sikap santai orang-orang menghadapi kelakuan dokter sarap macam si Agus ini, apa tidak ada yang menegur sikapnya yang tidak sopan itu?

VET vs DOKTER PLASTIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang