DUA PULUH SEMBILAN

1.4K 62 1
                                    



Hendra duduk bersila di lantai, berhadapan dengan anjing laut betina yang sedang duduk santai sambil menatap dirinya. Hari ini ia menggantikan Ditya berkunjung ke kebun binatang, itu sebabnya ia menyuruh Len datang.

"Masalahnya dimana dokter?" tanya pengurus anjing laut itu.

Hendra memiringkan kepalanya dan tersenyum. "Dia sehat kok."

"Tapi dok, dia... seperti ada tanda-tanda... tanda-tanda..."

"Kehamilan?" potong Hendra.

"Iya."

"Saya sudah memeriksanya berbagai cara dan sehat, tidak ada apa-apa... itu biasa terjadi pada hewan betina yang ingin dimanja."

"Seperti hewan panda ya prof?" tanya Len yang ikut duduk di belakang Hendra.

Hendra mengangguk. "Benar. Kebanyakan hewan-hewan mamalia yang sedang hamil dimanjakan, semua keinginan mereka lebih banyak dipenuhi."

"Jadi, saya taruh saja di kandang biasanya dok?" tanya pengurus anjing laut itu.

Hendra melepas stetoskopnya. "Yang penting dirawat bagus saja, ah... tapi dia sudah gemuk ya, mungkin sedikit diet."

"Bukannya badan anjing laut memang begitu?" tanya Len tidak mengerti.

"Mungkin juga." Hendra tersenyum penuh misteri sambil berdiri, "tidak ada masalah... sekarang saya harus ke kandang mana?"
"Ini yang terakhir dok." Sahut pengurus sambil memasukan anjing lautnya ke dalam kandang. "Saya benar-benar khawatir kalau dia beneran hamil, terakhir kali dia hampir kehilangan darah banyak. Makanya direktur menyuruh kami memperlakukannya berbeda dari anjing laut betina lainnya yang hamil."

"Siapa yang menangani itu?" tanya Hendra.

"Dokter Ditya, dok." Jawab pengurus anjing laut.

Hendra mengangguk puas.

Len tersenyum saat melihat sikap bangga Hendra mendengar nama Ditya.

"Tapi dokter tahu darimana kalau Eny tidak hamil? Kenapa tidak melakukan..."

"Tidak perlu." Potong Hendra, "biasanya hewan betina saat hamil menjadi sensitive, meskipun jinak tetap saja mereka akan melindungi bayi di dalam kandungan sementara si Eny tenang-tenang saja, itu diagnosa pertama saya dan setelah diperiksa... ternyata diagnosa saya benar."

Pengurus anjing laut menghela napas lega, "terima kasih banyak ya dok.. jujur saja, dia salah satu hewan asuhan kesayangan saya. Penurut dan suka menolong saya saat yang lainnya bandel."

Hendra tertawa.

Len yang di belakang Hendra melihat jam tangannya. "Profesor."

Hendra menghentikan langkahnya dan balik badan. "Ada apa Len?"

"ini waktu saya kerja." Jawab Len.

"Oh, iya. Kalau begitu saya pulang ya, kalau ada apa-apa bisa menghubungi saya." Hendra menjabat tangan pengurus anjing laut.

"Terima kasih banyak dok, saya juga akan melaporkan hal ini ke direktur."

Hendra dan Len meninggalkan ruangan dan jalan menuju parkir. "Kamu tidak ada niatan keluar darisana?"
"Ya?"

"Kamu tidak ada niatan keluar dari tempat kamu bekerja sekarang? Kamu tidak lelah bekerja di dua tempat?" tanya Hendra.

VET vs DOKTER PLASTIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang