DUA BELAS

2K 121 5
                                    


Di pagi hari awal bulan. Para perempuan berbondong-bondong datang ke tempat kerjanya. Kebanyakan mempermasalahkan jerawat maupun bekas jerawat. Pasiennya meningkat setelah melihat acaranya, ada juga beberapa perempuan yang terang-terangan mengajak kencan dirinya. Dengan tegas dan halus, ia menolaknya meskipun dalam hati ia tidak suka dengan penampilan perempuan-perempuan itu.

"Masih banyak pasien?" kepala Jo muncul di sela pintu kliniknya.

Agus menulis resep dan memberikan pasiennya, "Ini resepnya, bisa ditebus di apotik rumah sakit ini."

"Terima kasih dok. Tapi dok, benar dokter nggak ada waktu kosong?" pasien itu masih bersikeras mengajak dirinya kencan.

"Terima kasih atas ajakannya, saya hargai tapi maaf saya sibuk akhir-akhir ini."

Pasien itu mengeluarkan kartu namanya, "Ini kartu nama saya, kalau dokter nggak sibuk bisa menghubungi saya. Saya juga sedang luang."

Agus menerimanya dan tersenyum, "Terima kasih."

Jo masuk ke dalam klinik dan hampir tertawa mendengar percakapan antara dokter dan pasiennya itu.

"Mari dok," Pasien itu menyapa Jo sambil mengedip nakal.

"Ya," Jo merinding ngeri melihat kelakuan pasien itu.

Agus menghela napas lega dan bersandar di kursi putarnya, "Lelah sekali hari ini, kebanyakan yang datang mengajak kencan doang. Emang aku ini apaan."

"Percaya deh, kamukan ganteng," Jo mengedip nakal meniru pasien tadi.

Agus memutar bola matanya, "Berisik."

Jo tertawa terbahak-bahak, "Kan mereka bisa menjadi cadangan kamu. Eh, ngomong-ngomong kita jadi nggak ke hotel?"

"Mau apa?"

"Kamu lupa tentang keponakan kamu? Yang mengoperasinya juga orang Jepang langsung."

"Bukan mama kamu atau kamu?"

Jo menghela napas, "Aku dan mama juga di ruang operasi tapi dokter itu juga akan membantu kita."

Agus mengernyit, "Biayanya? Kamu tahukan mas aku itu..."

"Aku sama mama tidak akan mengenai biaya dokter, biaya dokter kami yang bayar ke orang Jepang itu. Yang penting kamu bisa bantu carikan tempat tinggal dokter itu selama di Indonesia? Ia harus disini selama beberapa hari untuk mengawasi perkembangan keponakan kamu," potong Jo.

"Berapa biaya dokter Jepang itu?" tanya Agus.

Jo berkacak pinggang, "Kami melakukan ini untuk om dan mas Bagas bukan buat kamu. Jadi hutang budi kami hanya ke om dan mas Bagas, kamu gak usah ikut campur."

Agus tersinggung dengan ucapan temannya, "Kasar sekali."

"Mendingan, daripada kamu mutusin pacar kamu secara kejam."

Agus memalingkan wajahnya.

"Yang ini biar aku kasih tahu ke om dan mas Bagas sendiri tapi masalahnya kamu punya koneksi banyak mengenai tempat tinggalkan? Kamu gih yang carikan, kasihan om sama mas Bagas kalau diberatkan soal ini."

Agus menggaruk kepalanya yang tidak gatal, "Kapan?"

"Lusa."

"Secepat itu?!" Seru Agus.

Jo mengangguk.

Agus menggoyangkan kakinya di bawah meja, "Coba nanti aku ke hotel ketemu sama Arka, masalah akomodasi biar aku yang bayar selama dia di Indonesia."

VET vs DOKTER PLASTIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang