HENDRA SOETJIPTO ~SPECIAL MOMENT 1'

1K 40 0
                                    



"Lihat! itu asisten professor Tsoejipto!" Tunjuk salah seorang mahasiswi yang menatap Hendra penuh kagum disambut tatapan penuh puja orang-orang di sekelilingnya.

Hendra yang baru pulang dari Iran untuk menyelesaikan masa tugasnya, segera melapor ke atasannya. Hari ini dia benar-benar tidak mood setelah bertengkar (lagi) dengan ayahnya. Ayahnya merupakan duta besar Indonesia untuk Negara lain (entah sekarang Negara mana lagi, Hendra tidak peduli)

"Biasanya yang namanya Hendra, pria botak dan gemuk."

Hendra mengerjapkan kedua matanya saat memegang kenop pintu dan hendak membukanya, suara seseorang di dalamnya terdengar jelas sampai keluar.

"Jangan bicara begitu, dia asisten professor disini."

"Oh ya?"

Profesor? Bicara dengan siapa?

Hendra membuka pintu dan melihat professor sedang berbincang dengan seorang anak perempuan.

"Ah, kamu sudah datang." Profesor berdiri dan menyalami Hendra.

"Profesor." Sapa Hendra, matanya masih menatap anak perempuan itu.

Profesor yang melihat sikap Hendra, sontak menunjuk anak itu. "Perkenalkan, Sinta. Dia keponakan saya."

Hendra menaikan salah satu alisnya.

Sinta menyipitkan kedua matanya ke Hendra lalu mengangguk. "Hmmm... jadi ini yang sering dibicarakan anak-anak kampus."

"Ya?" tanya Hendra.

"Jangan didengarkan, dia masih SMA." Bisik professor.

Hendra yang baru menyadarinya sontak melihat seragam yang masih melekat di badan anak itu. "Dia..."

Profesor berdehem lalu mengajak Hendra menjauhi Sinta dan bicara dengan berbisik supaya tidak terdengar Sinta. "Kedua orang tuanya meninggal dan sekarang dia berada di bawah pengasuhan saya, masalahnya... anak dan istri saya..."

"Tidak menyukainya?" tebak Hendra.

"Masalahnya kompleks sekali."

"Bagaimana dengan keluarga lainnya?"

"Dia..." Profesor melirik sekilas Sinta yang sedang membuka buku tebal di atas meja. "Kau tahu... keluarganya sangat..."

"Miskin."

Profesor dan Hendra berbalik.

Sinta tersenyum, tidak ada kesedihan di wajahnya. "Ibuku tidak punya keluarga dan miskin, dia hanya seorang guru lalu beliau melarikan diri supaya bisa menikahi ayahku yang seorang ustadz. Maka ketika mereka berdua meninggal, keluarga ibuku yang bisa diandalkan tapi... mereka sepertinya terpaksa menerimaku."

Profesor memijat keningnya. "Sinta..."

Sinta menatap tidak mengerti professor lalu kembali bergerilya mencari sesuatu. "Ya, ya... aku tidak boleh mengatakan apapun."

Hendra bersedekap. "Jadi, untuk apa professor membawanya kesini... di pagi hari?"
"Aku ada penerimaan raport di sekolah, kebetulan wali yang masih mau menerimaku dan aku datangi sekarang ini tidak bisa datang jadi sekalian saja aku main kesini. Percuma jugakan datang ke sekolah." Sinta mengangkat kedua bahunya.

VET vs DOKTER PLASTIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang