LIMA PULUH TIGA (2)

1.3K 76 15
                                    

Nyawa seekor hewan,
Ada di tangan manusia.
Jeritan seekor hewan,
Tergantung tingkat hati nurani manusia.
(drh. Diah)

‘Sampai kapan kamu akan berkorban demi hewan?'

Donny tersenyum mendengar nada suara khawatir dari tunangannya. “Bagimana bisa aku diam saja? Akukan dokter hewan.”

Terdengar helaan napas di seberang telepon.

‘Tapi bukan berarti kamu berkorban sampai seperti itu, Penjara? Yang benar saja…’

“Kamu tidak suka aku dipenjara?” tawa Donny.

‘Gak lucu! Kamu pikir situasi kamu lucu sekarang?’

“Terus sekarang aku harus bagaimana? Melepas impianku? Tidak semua orang mendapatkan impiannya dengan lancar.”

‘Don…’

“Kita lihat bagaimana ke depannya, yang lebih penting…” Donny terlihat ragu untuk meneruskan pembicaraannya sementara Bima dan Cinta sibuk mencari arah lewat aplikasi dengan bertengkar. “Kamu masih mau denganku? Calon kriminial dan punya catatan buruk.”

    ‘Kamu ini bicara apa? Aku jauh lebih mengenalmu dari mereka yang menunjukmu dengan jari! Aku meneleponmu hanya kesal, itu saja.’

    Donny tersenyum kecil, entah kenapa rasanya ia berdosa pada tunangannya ini. Ia berusaha menahan air matanya supaya tidak jatuh. “Terima kasih.”

    Donny tahu, ucapan itu tidak terlalu berguna untuk tunangannya.

‘Don…’

“Hm?”

‘Aku mengerti perasaanmu.’

Donny tersenyum lagi. Hanya itu yang bisa diucapkan tunangannya saat ini.

Hari ini, detik ini mereka berdua berada di kota yang sama tapi sayangnya mereka tidak bisa segera bertemu, Donny memutuskan menyerahkan dirinya ke polisi dan menyiapkan serangan balik bersama Bima dengan kata lain mereka berdua harus keluar dari markas mereka dan memasuki markas musuh.

Donny berharap banyak pada Karina dan lainnya.

‘Don?’

“Ya?”

‘Kamu ngelamun lagI?’

Donny menaikan kedua alisnya.

‘Pokoknya… kalau ada apa-apa kamu segera menghubungiku, paling tidak Bima dan Cinta harus bisa menjembatani komunikasi kita… aku tahu ke depannya kamu berniat memutus komunikasi denganku untuk sementara waktukan?’

Donny menghela napas panjang. Antara perasaan lega dan sedih bercampur menjadi satu.

‘Ini komunikasi terakhir kitakan?’

“Ya.” Jawab Donny dengan nada berat.

‘Jangan bersikap nekat, aku menunggumu.’

    Donny mengangguk kecil lalu mendengar nasehat-nasehat tunangannya sebentar dan tak lama mematikan sambungan teleponnya.

VET vs DOKTER PLASTIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang