TIGA

3.8K 180 17
                                    

Andre menuruni tangga dengan hati kesal, hari ini waktunya dia check up tapi ia tidak melihat batang hidung anak keduanya sedari tadi.

"Lho, bapak tidak jadi ke rumah sakit?" tanya Bagas sambil membetulkan letak kaca matanya.

"Mana adik kamu?" tanya Andre.

"Setelah makan malam, dia keluar tapi gak bilang Bagas," jawab Bagas heran, "Agus tidak ada di kamarnya?"

"Gak ada! Kalau ada gak mungkin bapak mencak-mencak gini!" jawab Andre.

Bagas menggeleng, adiknya ini semenjak menjadi dokter sifatnya sudah berubah, "Bagas coba telepon dia."

"Anak itu masa lupa sama jadwal check up bapak!" kata Andre tidak sabar sambil duduk di kursi goyangnya, "Awas ya kalau ketemu, bapak bejek-bejek dia!"

"Sakit hati mungkin karena omongan bapak semalam," Bagas mencoba telepon adiknya, "Handphonenya mati."

"Sakit hati apanya? Memangnya bapak tidak tahu kalau dia pacaran sama model majalah dewasa? Temen-temen bapak malah yang bilang, apa gak malu bapak?" seru Andre.

"Masa?" Bagas mengernyit heran, "Waktu itu Agus malah bilang kalau pacarnya itu artis baru, pas gak sengaja ketemuan di mall, pacarnya cantik kok."

"Nah! Kalau kepepet aja ngenalin ke kamu! Coba kalau gak ketemu kamu, gak bakalan dia kenalin kamu!"

Bagas matikan handphone, "Masih belum diangkat, handphonenya mati."

Andre memijat keningnya, "Bapak pergi sendiri aja deh, adik kamu tidak bisa diharapkan!"

"Tapi mobil bapak baru saja Bagas bawa ke bengkel tadi pagi," kata Bagas.

"Bapak bisa pakai Taxi."

Bagas mengalah, sebenarnya ia ingin mengantar bapaknya check up. Tapi sebentar lagi dia harus bertemu dengan kliennya, "Kalau begitu Bagas pesankan Taxi ya tapi tetap menghubungi Agus, siapa tahu dia ada di klinik rumah sakit hari ini."

Andre tidak menjawab, dia hanya bersandar di kursi goyangnya sambil mengawasi Rambo dan Bunga bermain di taman.

Melihat bapaknya tidak menanggapi, Bagas menghela napas. Sampai kapan sifat Agus seperti ini.

_________

"Mbak, padahal saya sudah pesan kalau mbak dandan cantik nemenin saya ke rumah sakit," Bi Murni melihat penampilan Karina. Memakai kemeja kedodoran milik mas Ditya berwarna putih dan celana jeans legging hitam yang sisi kiri dan kanannya transparan memperlihatkan kulitnya dari paha sampai kaki, "Mbak malah Cuma sisiran sama bedakan," keluhnya.

"Mau bagaimana lagi bi, Karina semalam tidur jam 4 pagi, kalau kita berangkatnya siang, bisa-bisa ngantri panjang." Karina membelokan mobil papanya, "Yah terpaksa kayak gini."

"Bukan terpaksa mbak, tapi memang niat dari awal!"

Karina menahan senyumnya, bibinya memang kenal betul dirinya luar-dalam, "Lagian ya, kalau ada dokter seganteng itu, pasti punya pacar."

"Mbak cantik tapi gak punya pacar!" sewot bi Murni.

"Ya doain aja bi, Karina dapat jodoh."

"Bibi sholat selalu doain mbak tapi kalau kitanya gak usaha ya mana dapet mbak."

Karina menggaruk kepalanya yang tidak gatal, susah kalau nyari alasan buat bibinya.

"Mbak juga gitu, ngiket rambut asal-asalan!" Bi Murni memperhatikan ikat ekor kuda Karina yang berantakan, "Rambut mbakkan sebahu, lurus dan cantik malah diiket."

VET vs DOKTER PLASTIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang