EMPAT PULUH DUA

1.1K 67 0
                                    

Karina dan Agus cepat-cepat naik pohon, tidak ada waktu lagi untuk berpikir. Disatu sisi mereka penasaran dengan rencana mereka, disisi lain mereka berdua ketakutan dengan si raja hutan. Ditembak? BIG NO! mereka sudah termasuk hewan langka, satu-satunya cara untuk menyelamatkan diri ya naik pohon.

"Kira-kira ada ular nggak?" tanya Agus was-was setelah mendaratkan pantatnya di dahan pohon yang tebal.

Karina lupa memeriksanya lagi. "Doakan saja tidak ada, toh kamu membawa pistol."

Agus menatap tidak percaya Karina.

"Lihat!" tunjuk Karina.

Agus menoleh ke arah yang ditunjuk Karina. Kawanan harimau itu benar-benar datang, Agus bergidik ngeri. Cepat juga mereka bisa mengetahui bau itu.

"Ada salah satu harimau yang tertembak kakinya." Karina menunjuk salah satu harimau yang terlihat terluka dan berdiri tepat di hadapan orang yang sedang memegang pistol dengan gemetar dan menembak sembarang arah.

"Dia bisa melukai salah satu harimau itu." Khawatir Agus.

Karina mendecak kesal sambil memukul dahan pohon dengan punggung tangannya. "Ini rencana buruk tapi hanya ini yang kita bisa." Lalu ia menoleh ke Agus dengan terkejut. "Kamu mau apa?"

Agus mengacungkan pistol ke depan (sejak kapan ia mengeluarkan pistol itu?), ia mengarahkannya ke suatu tempat. "Dia tidak boleh melukai mereka tapi mereka juga tidak boleh sadar kalau kita ada disini."

Karina memiringkan kepalanya tidak mengerti, kali ini dirinya yang tidak paham.

Dari atas pohon, Agus berusaha menyamakan suara tembakan mereka dengan suara tembakan dirinya lalu... DOR!

Karina memegang erat Agus yang hampir terjungkal ke belakang.

"Ok, ternyata ngeri juga memakai ini." Jantung Agus masih berdebar keras lalu ia menyadari Karina yang berusaha memegangnya dengan erat sambil memegang pohon dengan tangan satunya.

Agus memperbaiki duduknya. "Maaf."

Untung saja dahan pohonnya tebal dan besar, jadi Agus tidak terlalu terjungkal ke belakang. Karina menghela napas lega sambil mengibaskan tangannya dengan pegal. "Badan kamu berat juga." Keluhnya.

"Aku pria, wajar saja." Tukas Agus.

"Tidak wajar!" Balas Karina, "masa cewek harus nolong cowok, lagian kamu nembak apaan sih?"
Agus menunjuk dengan dagunya bersamaan dengan suara ledakan DUAR!

Karina terperangah, salah satu mobil penjahat itu terbakar dan para penjahat itu berusaha memadamkan apinya sambil berusaha menjauhkan harimau. Daripada mengkhawatirkan nyawa dan harimau, mereka lebih mengkhawatirkan barang berharga di sana. Orang-orang menyedihkan.

"Kalau begitu terus, api akan terbawa angin dan hutan ini terbakar." Khawatir Karina.

"Jarak antara pohon dan mobil terbakar lumayan jauh, kalau kita beruntung... mereka semua akan pergi karena takut orang-orang datang kesini. Di saat itu, kita menyelinap kesana."

"Tapi... bagaimana bisa mobil itu terbakar? Tidak mungkin hanya dengan satu kali tembakan."

"Berterima kasihlah kepada mereka yang menembak membabi buta dan juga kelompok harimau yang menakuti mereka." Agus tidak berani menceritakan bagian bensin bocor di mobil, karena ialah yang melakukan itu. Berterima kasihlah pada kaos tangan yang dipakainya sehingga tidak ada sidik jarinya yang muncul.

Karina menghela napas. Entah kenapa, akhir-akhir ini suara Agus terdengar tidak menyebalkan.

Agus menatap Karina lekat. "Boleh aku bertanya satu hal?"

VET vs DOKTER PLASTIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang