DUA PULUH TIGA

1.8K 95 1
                                    


Hendra membaca sepuluh lembar laporan yang dibuat Ditya dalam semalam. Dengan tangan yang masih diborgol, Ditya tertidur di kursinya setelah selesai print laporan dan menyerahkannya ke Hendra sementara istrinya sudah tertidur pulas di tempat tidur Ditya. Istrinya menolak tidur di kamar dengan alasan tidak ada teman mengobrol karena bi Murni harus tidur cepat, begitu juga dengan Len.

Jam sudah menunjukan angka 7 di laptop Ditya. Hendra salut dengan usaha keras anaknya, di bawah bimbingan keras dirinya.

Terbesit rasa bangga di benak Hendra.

"Mhhmm... makan..."

Hendra tersenyum saat mendengar Ditya menggumamkan sesuatu di tidurnya.

"Nanti," Hendra menjawab iseng. Ia tahu anaknya tidak akan mendengar.

Hendra kembali konsentrasi dengan laporan yang dibuat Ditya. Ia sedikit tercengang dengan semua laporan itu, Karina benar-benar menurunkan sifat dari dirinya.

"Pa."

Hendra menatap istrinya dari kaca panjang di depan.

"Ya?"

"Bagaimana laporannya?"

Hendra mengangkat kedua alisnya, "Mama tidak tidur?"

"Tidak bisa tidur," jawab Sinta sambil bangun dari tidurnya. "Mama benar-benar kepikiran, Karina duduk di kursi roda."

"Dia tertembak."

"Apa?"

"Putri kita tertembak karena menolong induk orangutan dari pemburu, saat itu Karina dan lainnya berniat mengepung para pemburu tapi entah kenapa Karina loncat melindungi orangutan dari tembakan pemburu."

"Ditembak bagian mananya?"

"Punggung, sepertinya sebelah kanan. Papa kurang jelas, Ditya tidak terlalu detail membahasnya."

"Pemburunya sudah tertangkap?"

"Ya."

Sinta menghela napas lega.

"Tapi satu hal yang papa tidak suka."

"Kenapa pa?"

"Salah satu bayi orangutan menghilang."

"Kok bisa?"

"Itu sedang dalam penyelidikan sekarang, rasanya papa ingin terjun juga membantu mereka."

"Jangan nekat pa," Sinta memperingatkan suaminya.

"Iya. papa tahu," Hendra meletakan kertas laporan Ditya, "Ngomong-ngomong bagaimana dengan program televisi itu?"

"Mama sudah mengambil alih, nanti mereka akan membahasnya dengan mama selain itu... Len juga sudah memberitahu Karina."

"Dan?"

"Karina sudah membacanya, hanya belum bisa menjawab. Butuh waktu katanya."

Hendra bersandar di kursi, "Mau tidak mau Karina harus menerimanya."

"Pa..."

"Salah satu dari pelaku itu pasti mengenali Karina dan akan melakukan sesuatu. Ditya sudah memikirkan hal ini makanya menyuruh Donny mengawasinya, hanya saja hal itu sangat tidak efektif, lebih baik basah sekalian."

"Tapi nyawa putri kita..."

"Papa juga tidak suka melakukan hal ini, tapi ini pilihan Karina. Papa tidak bisa ikut campur, hanya bisa mengarahkan dan mengawasinya dari jauh."

Sinta memeluk kedua lututnya yang diselimuti, "Kalau terjadi sesuatu pada Karina, mama akan maju."

"Papa punya banyak kenalan yang bisa membantu kita, masalahnya papa hanya percaya sebagiannya saja," senyum Hendra, "Percayalah, semua akan baik-baik saja."

VET vs DOKTER PLASTIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang