TIGA PULUH LIMA

1.2K 68 0
                                    



Agus membuka kedua matanya perlahan saat merasakan cahaya berusaha menembus ke matanya, ia melihat langit-langit ruangan dan berusaha mencerna apa yang terjadi.

"Sudah bangun?"

Agus menoleh. Karina duduk di pojokan sambil memeluk kedua lututnya.

Agus berusaha bangun dengan susah payah. "Apa yang terjadi?" tanyanya sambil memegang kepalanya yang pusing.

"Kamu dipukul sampai pingsan."

Agus mengingatnya kembali. "Ini dimana?"

Karina menghampiri Agus. "Kamu tidak amnesia?"

Agus memiringkan kepalanya tidak mengerti. "Kenapa aku harus amnesia?"

"Mereka memukul kepalamu, keras sekali."

"Masa?"

Karina menghela napas.
"Ngomong-ngomong Le..."

Karina dengan cepat menutup mulut Agus. "jangan menyebut namanya." Bisik Karina."

Agus mengangguk pelan.

Karina melepas tangannya dan mengelap di baju. "Dia sudah berhasil kabur, kemungkinan sudah sampai ke ketua."

Agus mengangguk pelan lagi. "Ini dimana?"

"Kita dikurung di dalam ruangan, kamu nggak lihat?"

"Maksud aku... tunggu! Kita diculik?" tanya Agus yang baru menyadari kondisinya sekarang.

Karina mengangguk pelan.

"Kenapa kita diculik?" tanya Agus.

Karina berpikir sejenak lalu menggeleng. "Entah."

Agus menyipitkan kedua matanya dengan curiga, "pasti ini ada hubungannya dengan pekerjaan kamu bukan?"

"Kamu sendiri bagaimana? Punya banyak pacar dan suka menyakiti hati mereka... pasti ada dong yang mau membalas dendam ke kamu." Karina membalas dengan sengit.

Agus menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Apa yang dikatakan Karina ada benarnya.

"Aduh." Agus mengeluh kesakitan.

"Kepalanya masih sakit?" tanya Karina, "mana, aku periksa."

Agus menepis tangan Karina. "Kamukan dokter hewan."

"Heh! Meskipun aku dokter hewan... kalau melihat benjol di kepala manusia, mana mungkin tidak tahu." Karina menarik kepala Agus ke bawah lalu memeriksanya.

Agus diam tidak bergerak, tiba-tiba dia berteriak.

"Diem ah, cemen banget."

"Sakit tahu!" Kepala Agus menjauh.

"Benjolnya Cuma kecil kok." Kata Karina dengan nada menenangkan. "Nggak parah."

"Tapi sakiiiit." Erang Agus.

Karina menatap tajam Agus, "Kamu manja sekali."

Agus mencubit tangan Karina.

Karina menjerit kesakitan. "Adududuh..."

VET vs DOKTER PLASTIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang