ENAM BELAS

1.8K 107 5
                                    


"Dokter Ditya."

"Eh, Restu. Hari ini jadwal kamu?" Ditya yang baru masuk toko menyapa salah satu pegawai pet shop yang sedang menyapu.

"Iya, dok."

Ditya mengerutkan kening, "cuma kamu aja?"

"Ada si Len. lagi di belakang anaknya," Restu menunjuk pintu di pojok ruangan dekat ruang periksa, "Hari ini sepertinya tidak ada pasien dok."

"Tidak ada yang mengantre atau telepon siang ini?" tanya Ditya.

Restu menggeleng, "Tidak ada yang telepon dokter juga?"

Ditya mengambil handphone di saku celananya, "Tidak ada. Apa memang biasanya begini ya? Kalau siang tidak ada pasien? Hanya ada malam."

"Kata Len dan mbak Ririn, kalau malam juga pernah tidak ada pasien satupun, sampai dokter Karina tertidur disana," Restu menunjuk meja periksa, "Anggap aja dokter bisa istirahat sekarang."

Ditya tertawa, "Bener juga."

Ditya sambil duduk di kursi depan konter mulai bertanya ke Len yang sudah ke konter, "Oh ya, aku mau tanya. Biasanya kamu jadi asistennya Karina ya?"

"Iya dok," jawab Len sambil duduk di hadapan Ditya.

"Kalau kamu menjadi asisten aku selama Karina tidak ada, mau?"

Len terbelalak kaget, "Tentu saja mau dok."

"Tapi bagaimana dengan jadwal kerja kamu disini? Jadi bentrokkan?"

"Biasanya saya digantikan teman kalau mendadak atau jadwal saya menyesuaikan visit dokter Karina. Minggu biasanya saya libur, waktunya biasa digunakan untuk membantu dokter Karina ke kebun binatang atau rumah pasien." Len menjawab dengan semangat.

"Adikku minggu tidak libur?"

Len mengangguk, "Dokter Karina kalau tidak dicereweti bi Murni, nggak bakal libur."

Jari Ditya mengetuk-ngetuk meja kasir. Dia tidak menyangka adiknya pekerja keras. Padahal dulu sebelum kerja, Karina anaknya pemalas.

"Dokter?"

Ditya tersadar dari lamunannya dan menoleh ke Len, "Ya?"

"Dokter tadi melamun."

"Dokter mau susu cokelat hangat? Biar saya bikinkan sekalian." tanya Restu.

"Boleh," jawab Ditya, "Tolong ya."

Restu masuk ke dapur belakang sambil membawa sapu dan ember.

"Dokter Karina bagaimana kabarnya?" tanya Len.

"Memangnya kamu tidak tanya?" tanya Ditya.

"Sepertinya nomernya tidak aktif."

Ditya menaikan salah satu alisnya, "Soal tinggal di rumah kami?"

Len menunduk malu, "Maaf."

"Kenapa minta maaf?" tawa Ditya, "Sebelum berangkat, Karina sudah cerita kok. Kapan mau pindah? Kamarnya sudah disiapkan bi Murni."

Len mengangkat kepalanya dan tersenyum, "Sabtu ini dokter. Boleh?"

Ditya mengangguk, "Tidak ada yang melarang."

"Terima kasih banyak dokter."

"Sama-sama, aku sering dengar cerita tentang kamu dari Karina. Jadi aku setuju aja soal keputusan Karina, toh aku Cuma sementara aja di Jakarta."

"Kira-kira kapan dokter Karina kembali?" tanya Len.

Ditya mengangkat kedua bahunya.

"Tapi heran juga ya dokter, padahal video itu sangat heboh tapi tidak ada wartawan datang. Apa wartawannya datang ke klinik dok?" tanya Len.

VET vs DOKTER PLASTIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang