LIMA PULUH SEMBILAN

299 23 16
                                    

Setelah malu dengan cuitan sipir, tahanan dan pengunjung. Reina buru-buru pamit pulang, Donny juga hanya mengangguk setelah menerima barang kiriman Reina yang sudah diperiksa sipir.

Reina masuk ke ruangan om, yang tidak dia duga ternyata tantenya juga ada disana. Padahal ia ingin membahas masalah penting soal Donny.

"Ada apa?"

Reina menghela napas panjang. "Donny-"

"Menyerah saja," potong Hendra.

"Om!"

"Kita akan cari cara lain, tapi jangan terburu-buru."

"Reina mau teh?" tawar Sinta sambil tersenyum.

Reina melihat sekeliling ruangan yang berantakan. Sepertinya ada yang marah disini, om Hendra?

"Reina?"

Reina menerima cangkir teh Sinta. "Tante-"

"Kamu tahu situasi di luarkan? jangan menambah minyak ke dalam api, yang pasti om dan tante akan berusaha mengeluarkan Donny." Sinta menarik Reina untuk duduk di kursi sampingnya.

Tapi kapan?

"Di luar semakin memanas." Reina menyesap tehnya.

Sinta mengangguk mengerti.

Reina jadi teringat masa lalu begitu melihat sikap om dan tantenya.

~ Beberapa tahun lalu ~

"HENDRA! APA YANG KAMU LAKUKAN?!"

"Tidak bisa melihat?" Hendra melempar salah satu map yang diberikan Sinta ke dalam kobaran api.

Seluruh keluarga yang hadir berlari keluar dan mengelilingi pertengkaran keluarga inti.

Hendra kembali melempar map lainnya.

"TIDAAAAKKK!" kepala keluarga berusaha mengambil dokumen yang dilempar Hendra tapi ditahan suaminya.

"Ada lagi yang lain, sayang?" tanya Hendra.

Sinta mengangguk lalu melihat dua koper di bawah kakinya.

"KAMU SUDAH GILA, HENDRA!"

"KAMU YANG GILA!" bentak Hendra, "Kamu sangat gila sampai aku ingin tidak mengakui kamu sebagai ibu kandungku."

Kepala keluarga terkejut dan memegang dadanya seolah terkena serangan jantung. "Hendra, aku yang melahirkan kamu-"

"Jadi kamu ingat kalau aku anak kandungmu?"

Sinta menepuk punggung suaminya yang gemetar marah. "Jangan begitu, biar bagaimanapun itu ibu kandungmu sendiri."

"Ibu?" Hendra balik badan dan menunjuk ibu kandungnya, "Dia adalah pelaku yang membuat masa depan Karina kelam dan juga mendapat tuduhan banyak orang!"

"Hendra-"

"DIAM!" teriak Hendra. Dia sudah terlalu benci mendengar rengekan ibu kandungnya.

"Hendra, kamu sudah benar-benar keterlaluan." Salah satu sepupu Hendra berusaha menengahi pertengkaran ini.

Reina yang melihat ayahnya berusaha menengahi, menatap takut kemarahan Hendra.

Suasana sangat tegang. Pesta pertemuan dan kesuksesan bisnis keluarga menjadi hancur begitu Hendra datang dan mengobrak abrik rumah lalu membakar dokumen di dalam koper.

"Sekarang aku ingin tanya, apa kalian tahu masalah yang dihadapi putri kandungku sekarang?"

Semua orang terdiam, ada juga yang menghela napas panjang. Mereka tahu yang dihadapi Karina, mereka semua tidak bodoh. Masalah ini sudah mencapai luar negri dan menjadi bahan gunjingan, yang itu berarti nama baik Karina sudah tercoreng.

VET vs DOKTER PLASTIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang