LIMA PULUH EMPAT (1)

838 56 4
                                    


Salah satu alasan manusia membunuh hewan, karena HAMA.

Mula-mula hama tikus, hama ular dan sejenisnya,

Lalu mulai bergeser hama kucing, hama anjing,

dan sekarang tidak sedikit manusia menganggap hewan appendix di hutan adalah hama. 



Pernah tidak kalian berdebat pada orang-orang yang empati dan simpatinya nol?

Saat kita memposting hewan peliharaan hilang di non grup pecinta hewan dengan harapan mendapat informasi seluasnya, yang ada malah ditertawakan bahkan dibuat lelucon, yang paling parah foto kita bersama peliharaan lain diambil dan dibuat komen lucu-lucuan di postingan kita.

Atau saat kita marah dengan adanya penganiayaan seekor hewan, tiba-tiba orang yang tidak punya empati malah tertawa dan menganggap kita lebay lalu mulai membandingkan hewan ternak, hewan yang boleh disakiti dalam agama.

Disaat itulah kita mulai mempertanyakan berbagai aspek di dalam diri manusia... yang paling terlihat adalah bagian mana yang paling merasa dirinya benar.

Itulah yang terjadi sekarang di hadapan Donny.
Dipenjara dengan berbagai macam tuduhan dan alasan membiarkan nyawa manusia begitu saja bahkan ada masyarakat yang membuat petisi untuk memenjarakan dirinya tanpa melihat fakta di lapangan.

Donny pun sudah menyadari dari awal datang bahwa dia tidak punya kesempatan untuk menyanggah semua tuduhan itu.

Yah, itu jauh lebih baik. Batin Donny.

Sementara Bima yang mendengar tuduhan itu semua, wajahnya berubah menjadi merah padam. Cinta berusaha menenangkannya.

"Pak, anda tidak bisa menerima perkataan satu pihak begitu saja." Tegas Bima.

"Berikan bukti, kami polisi juga tidak bisa menahan begitu saja hanya..." salah satu polisi berusia paling tua menghela napas panjang. "Mereka punya cukup bukti."

"Kami punya buk..."

Donny memegang tangan Bima dengan cepat dan menggeleng. "Jangan berani kamu keluarkan itu."

"Tapi..." Bima terlihat tidak setuju.

"Tolong." Mohon Donny.

Bima menghela napas panjang, "baik, aku menuruti perkataanmu. Tapi ingat, aku tidak akan membiarkan kamu di penjara lama-lama." Janjinya.

Donny bangkit dari kursi bersama dua penjaga yang datang.

"Anda yakin ingin menyerahkan diri? Masih ada waktu..." Tanya salah satu polisi berkumis.

"Tidak, saya yakin dengan keputusan saya." Tegas Donny lalu berjalan masuk ke tempat sel.

"Seharusnya kalau kalian memiliki bukti cukup, bisa ditunjukan disini sehingga mereka yang berusaha menghancurkan kalian..."

"Aku tahu!" potong Bima, "tapi apa yang bisa saya lakukan sementara ketua saya saja bersikeras seperti itu."

"Kumpulkan buktinya dan serahkan kepada kami."

Bima menatap curiga ke para polisi. "Kenapa kalian mendesak kami?"

"Tidak mendesak, kami hanya memberikan saran. Kalau tidak mau ya sudah."

Bima masih menatap curiga para polisi, tetapi ia tidak mau mengutarakannya. Ia lebih baik mengikuti permintaan bosnya. "Kita lihat saja nanti." Siapa yang akan menang. Tambahnya di dalam hati.

VET vs DOKTER PLASTIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang