TIGA PULUH DUA

1.2K 65 1
                                    



Jo menghirup kopinya dengan nikmat di pagi hari, setelah bangun pagi. Aktifitas yang sudah lama tidak dilakukannya selama di kota ini.

Ia juga selesai membuat nasi goreng ayam bertabur keju, makanan kesukaannya tapi tidak disukai temannya. Si Agus.

Percakapan semalam sukses membuat Jo tidak bisa tidur nyenyak, disamping penasaran dengan masa lalu dokter Toku, ia juga memikirkan nasib Ica ke depannya.

Mengganti dokter? Tidak!

Masalahnya hanya dokter Tokulah yang bisa menjamin keselamatan Ica, dokter lainnya sudah menyerah dan menyarankan operasi di usia 16 tahun sementara tidak ada yang bisa menjamin Ica hidup sampai usia 16 tahun.

Terdengar suara pintu kamar Agus dibuka. Ia keluar dengan mata setengah mengantuk, rambut berantakan dan mulut menguap.

"Pagi." Sapanya dengan suara serak khas bangun tidur.

Jo yang sedaritadi duduk di sofa, menoleh ke temannya. "Ini jam 8 pagi, sudah bukan pagi lagi."

Agus mengernyit heran. "Bukannya jam 8 masih pagi?"

"Menurutku sudah siang." Angguk Jo sambil menyesap kopinya.

Agus tidak membalas bantahan Jo, ia duduk di samping Jo dan menatap iri cangkir kopi di tangan Jo.

"Iri?"

Agus mengangguk iri.

"Bikin sendiri." Jo sengaja menyeruput keras kopinya.

Agus mendecak kesal. "Bikinin." Rengeknya.

"Punya tangan dan kakikan?"

"Aku semalam lembur... kamu tidak kasihan?"

Jo tertawa. "Heh! Semalam aku lihat kamu tertidur di kamar dengan pintu terbuka lebar, aku tidurnya lebih malam dari kamu!"

Agus merengut kesal.

"Ngomong-ngomong hari ini aku mau keluar."

"Kemana?" tanya Agus sambil mengernyit jijik sarapan Jo. Nasi goreng dengan taburan keju?

"Ke rumah sakit."

"Ngapain?"

"Kerjalah."

"Kerja? Kamu sudah pindah tempat kerja?"

"Aku punya profesi dan aku membutuhkan uang untuk menghidupi diriku, memangnya kamu? Bisa dapat uang dari program TV? Nganggur aja dibayar." Cibir Jo.
Agus meringis kesal. "Memangnya aku juga tidak butuh uang?"
"Kamu mau ikut kerja?" tanya Jo.

Agus berpikir sejenak lalu tersenyum lebar dan mengangguk. "Aku bosan di rumah terus, apalagi kita sudah bukan relawan lagi."

"Sayangnya di rumah sakit sini tidak membutuhkan dokter ahli kecantikan." Jo sengaja menyesap keras kopinya.

Agus mendecak kesal.

"Tapi kalau kamu mau, ada lowongan kerja di rumah sakit."

"Apa?"

"Cleaning Service." Jo menjawab sekenanya.

Agus menonjok pelan lengan atas Jo.

VET vs DOKTER PLASTIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang