“Jadi kalian hanya diperintah dan tidak tahu siapa yang perintah?” Tanya Ditya yang sudah duduk di kursi, berhadapan dengan para penjahat yang sudah ditali.
Jo merekam semuanya sementara Bagas mencatat. Mereka berdua berdiri di belakang kursi Ditya.
“Menurut kalian, mereka bicara jujur?” tanya Ditya.
“Tidak.” Jawab Jo dan Bagas bersamaan.
“Rupanya aku harus mematahkan salah satu kaki kalian.” Ditya bangkit sontak para penjahat teriak ketakutan.
“KAMI BERSUMPAH!”
“KAMI TIDAK TAHU APA-APA!”
“KAMI HANYA DISURUH!”
Teriak mereka bersamaan.
Pak RT dan para pengurus hanya bisa menyaksikan, mereka terlalu takut untuk ikut campur.
“Lalu bagaimana kalian bisa mengurus surat-surat untuk rumah ini?” tanya Bagas.
“Kami hanya bertemu dengan salah satu perwakilan.”
“Salah satu? Lebih dari satu?” tanya Jo dengan heran.
“Mereka berganti-ganti.”
Ditya kembali duduk. “Teruskan.”
“Mereka memberi fasilitas mobil dan uang lalu dokumen untuk di urus, paket yang datang dan mengawasi rumah ini.”
“Tunggu, paket?” tanya Bagas. “Kalian tahu isi paket itu?”
“Kami dilarang membuka paket itu, kami hanya menunggu, menerima dan mengirimnya.”
“Menunggu, menerima dan mengirim…” Ulang Jo. “Tunggu, paket itu dikirim dari mana? Kalian tahu?”
“Dari luar negri, kami tidak terlalu memperhatikan.”
“Luar negri… Jangan-jangan senjata?” tanya Jo.
Bagas menggeleng. “Kemungkinannya kecil.”
“Bisa saja itu senjata.” Sahut Ditya sambil menatap tajam para penjahat yang sudah menundukan kepalanya. “Setidaknya yang kita tahu ada penguasa besar di belakang mereka. Bahkan bisa menyuap salah satu oknum pemerintahan.”
“Menyuap? Eh?” tanya Jo yang tidak mengerti, “kenapa tiba-tiba…”
“Jika kita menarik kesimpulan secara kasar, tidak heran pak RT bisa melihat mobil plat merah keluar masuk rumah ini.” Angguk Bagas. “Pasti ada permainan di dalamnya.”
“Tapi, senjataa…” Pak RT menggeleng tidak percaya.
“Bisa saja itu senjata rakitan yang disembunyikan dengan paket lain.” Ditya tiba-tiba angkat bicara.
“Lalu digunakan untuk menyerang akses keluar masuk pulau Kalimantan?” tanya Jo.
“KAMI BERSUMPAH TIDAK TAHU!” teriak para penjahat berulang dan bersamaan.
“Anggap Saja kami mempercayainya… tapi tetap saja kami tidak akan melepas kalian semua.” Ditya tersenyum dingin, “jangan coba kabur.”
“Tu.. tunggu, mau ditaruh dimana mereka?” tanya Jo.
Ditya menatap Bagas.
Jo ikut melihat arah tatapan Ditya.
Bagas yang sedari tadi sibuk mencatat sontak menoleh ketika merasa ada yang menatap dirinya. “A… aku?”
“Kedua orang tuaku memang terkenal, tapi hanya di nama… harta kami tidak terlalu banyak meski bisa dianggap golongan mampu, berbeda dengan juragan terkenal bukan?” Ujar Ditya.
KAMU SEDANG MEMBACA
VET vs DOKTER PLASTIK
RomanceAgus lebih suka dikenal sebagai "dokter Rangga" Dokter bedah terkenal dan ahli kecantikan. Gara-gara sang bapak marah, dia jadi menuduh dokter hewan "Karina" sebagai pelakor yang mengubah sifat bapaknya dan mengubah si ahli kecantikan menjadi pengun...