DUA PULUH DUA

1.7K 95 0
                                    


Agus merebahkan badannya di atas tempat tidur sambil menatap langit-langit kamar, kepalanya diletakan di atas kedua tangan yang dilipat.

Ia mengingat Karina yang tertembak, terluka, lemah tapi masih berusaha keras menyelamatkan pasiennya. Berani tapi nekat, ia sendiripun kagum dengan dedikasi Karina.

"Jarang ada dokter seperti itu," gumamnya.

Lalu ia teringat dengan Ditya, yang entah kenapa sosoknya sempat ia lupakan.

Agus berguling ke kanan dan memeluk gulingnya, "Kenapa juga harus menjadi adik orang itu," decaknya.

TOK TOK TOK

"Tidak usah ketuk pintu, biasanya juga nylonong!" seru Agus.

Kepala Jo muncul di antara pintu yang terbuka sedikit. Ia melihat temannya tiduran memunggungi dirinya, "Nggak mandi kamu?"

"Nanti," Agus menjawab dengan malas.

Jo masuk ke kamar Agus dan duduk di samping tempat tidur Agus, "Kamu kenapa?"

"Nggak papa."

"Kamu masih syok soal Ditya dan Donny?" tebak Jo.

"Nggak juga."

"Masa sih? Di mobil tadi kamu bicaranya menggebu-gebu gitu."

"Orang lain kali,"
Jo menghela napas, "Mas Bagas tadi telepon." Jo sengaja mengambil jeda untuk melihat reaksi Agus. Tidak ada reaksi.

"Katanya pihak stasiun TV ingin memakai kamu lagi, banyak penggemar yang menanyakan dirimu soal video itu, ternyata para penggemar kamu menganggap positif."

Tidak ada reaksi.

"Kamu tidak ingin bertanya bagaimana reaksi mas Bagas soal video itu?"

Tidak ada reaksi.

"Agus!" Jo membalik temannya dengan kasar.

Agus tidak melawan, ia justru menatap tajam dirinya, "Namaku Rangga!"

"Kenapa kamu tidak menjawab pertanyaanku?"

"Yang mana?"

"Yang ini dan itu. Ah, kamu ini kenapa sih?"

"Aku lagi malas bicara dan bahas hal yang tidak penting," Agus memunggungi temannya lagi.

Jo mengerutkan kening dengan heran, "Ini penggemar kamu lho."

"Nggak penting!"

"Boleh aku tahu kenapa kamu seperti ini?"

"Nggak!"

"Nahkan, katanya aku harus membantu kamu kalau aku diam, kamu ribut dan bilang aku tidak peduli. Sekarang aku mau peduli, kamu malah begini."

"Kamu kepo!"

Jo tertawa sambil mengeplak kepala temannya, "Woi! Sadar woi!"

"Sakit!" Agus bangun dan memegang kepalanya yang dipukul.

"Ya lagian kamu seperti itu, kenapa sih?"

"Bukan urusan kamu!"

"Oh, gitu ya, besok-besok jangan protes kalau aku terlihat tidak peduli dengan masalahmu," Kata Jo.

Agus menangkap tangan Jo dengan cepat sebelum pergi, "Berikan aku nomor Donny."

"Apa?"

"Kamu pasti menyimpannyakan?"

"Mamaku yang simpan, kenapa?" tanya Jo penasaran sambil kembali duduk.

Agus menggaruk kepalanya yang tidak gatal, "Itu..."

VET vs DOKTER PLASTIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang