DUA PULUH SATU

1.8K 108 5
                                    


Agus yang sedang tertidur, bergerak gelisah di atas tempat tidur pasien untuk ukurannya bisa digunakan untuk manusia.

"Dia pulas sekali," Kata Natasha, perawat yang masuk ke dalam ruang perawatan sambil membawa beberapa obat, "Dan tampan," Tambahnya sambil cekikikan bersama temannya.

"Katanya sih pingsan," Cinta berdiri di sebelah temannya sambil ikut mengintip di balik kelambu yang ditutup, "Memang tampan, lebih tampan dari yang di TV kira-kira sudah punya pacar belum ya?"

"Memangnya kamu belum melihat video yang lagi heboh itu?"

"Lihat sih, tapi ketua menyuruh kita untuk diam dan tidak membahasnyakan."

"Iya sih. Tapi sayang ya, cakep gitu."

"Siapa?"

"Dua-duanya."

"Iya sih hihihihi. Eh, eh dia gerak... yuk pergi."

"Tapi..."

"Udah, bisa lain kali. Kasihan juga kalau kita ganggu," ujar Cinta sambil menyeret temannya keluar dari kantor.

Tak lama setelah Cinta dan Natasha menutup pintu perlahan, meninggalkan Agus. Kedua mata Agus membuka perlahan, menyesuaikan cahaya kamar.

"Ini... dimana?" tanya Agus dengan punggung tangan kanan di atas dahi, "Jo?"

Agus berusaha mengingat apa yang terjadi semalam. Setelah mengingatnya, ia bangun dari tempat tidur dan melihat sekeliling ruangan.

"Astaga!"

Sial sekali dirinya bisa pingsan di depan ketua karate yang ia takuti semasa universitas, pasti si ketua tertawa dan bicara ke semua orang disini. Argh! Kenapa dirinya bisa melakukan hal memalukan seperti itu?

Sssssssss...

Agus menajamkan pendengarannya.

Sssssssss...

Agus turun dari tempat tidur, ia baru menyadari kalau dirinya tidur di tempat tidur pasien. Apakah ini rumah sakit yang sama atau rumah sakit milik manusia?

Agus membuka kelambu dan melihat sekeliling. Kosong. Tidak ada orang.

Kemana orang-orang?

Agus melihat jam tangan. Sekitar jam setengah enam-an, pasti orang-orang belum datang.

Ssssssss...

Agus kembali mendengar suara itu.

Suara apa sih itu?

Ssssss...

Agus mulai focus mencari sumber suara itu. Dimana?

Sssss...

Agus jalan mengendap-ngendap, jendela ruangan sudah dibuka sementara banyak sekali kandang-kandang kosong ditumpuk. Ada yang seukuran untuk Bunga dan ada juga untuk kucing. Agus menoleh ke kanan sedikit.

Ssssss...

Ada sebuah kotak yang ditutup kain hitam.

Agus mengerutkan kening. Apa itu?

Sssss...

Pelan-pelan Agus mendekat dan membukanya lalu ia berteriak sekencang mungkin sampai jatuh terduduk disusul dengan sumpah serapah.

Tak lama beberapa staff perempuan membuka pintu dan mendapati dirinya duduk di atas lantai dengan wajah ketakutan.

Bagus, satu lagi point mempermalukan dirinya sendiri.

VET vs DOKTER PLASTIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang