~ SPECIAL STORY DOKTER BIMA (2)~ CASE FOR REPTIL LOVER

580 28 0
                                    


"Gajah itu ternyata gemuk dan besar ya bu..."

Bima yang mendengar itu sontak merasa kesal dan menoleh ke belakang, ia melihat seorang ibu sedang menggandeng anak laki-laki berusia kira-kira delapan tuhan. "Siapa mereka?" tanya Bima.

Ditya ikut menoleh ke belakang sambil nyengir. "Oh, mereka anak dan istri pekerja."

"Pekerja?"

"Dokter Bima pasti tahukan." Ditya terlihat enggan menjelaskan.

Bima langsung paham apa yang dimaksud Ditya, ia mengangguk sekilas lalu melihat perkembangan si gajah mungil yang sedang bermain di dekat induknya. Ia mengerutkan dahinya melihat kondisi kaki si mungil. "Rasanya ada yang tidak beres."

"Dokter menyadarinya juga?" tanya Ditya.

Erin menoleh ke Ditya dengan bingung. "Memangnya ada apa?"
Ditya menghela napas. "Salah satu telapak kaki si mungil mungkin tergores atau luka, dari sini terlihat dia bermain dan lari biasa saja tapi kalau kita perhatikan dengan seksama... terlihat ada sesuatu..."

"Kamu belum memeriksanya?" tanya Bima.

"Belum, dokter. Saya tidak sempat, saya mengutamakan si induk." Sahut Ditya.

"Bagaimana kalau kita memeriksanya?" ajak Bima.

Ditya menggeleng tidak setuju. "Tunggu perkembangan besok saja dokter, lagipula yang kita hadapi ini hewan liar... saya tidak mau induknya menjadi stress."

"Pisahkan saja." Bima menjawab dengan enteng.

Ditya dan Erin menatap aneh Bima.

Bima yang menyadari tatapan mereka sontak menoleh dan menatap balik mereka dengan tatapan bertanya 'apa aku salah bicara?'

"Dokter, gajah adalah hewan berkelompok... rasa solidaritasnya sangat tinggi. Kalau terjadi sesuatu pada salah satu anggota kelompoknya, yang lain pasti akan melindungi... hal sama akan dilakukan si induk jika melihat si mungil panic bahkan tidak ada di depan matanya." Erin menjelaskan pada Ditya.

Bima berdehem canggung. "Maksud saya... "

"Mungkin dokter Bima punya alternative lain, kami siap menjalankan permintaan dokter Bi..." Kalimat Ditya terputus, ia melihat pergelangan tangannya yang digenggam erat Bima.

Bima menatap pucat Ditya. "Saya sudah lama tidak.."

"Dokter, tadi anda bisa bersikap biasa saja bahkan menegur saya... kenapa sekarang dokter bersikap formal?" potong Ditya. "Kalau masih kurang baikan, saya akan mengantar dokter ke kamar."

Bima menundukan kepalanya dan mengangguk sekilas.

"Saya akan mengantar dokter Bima, kamu masih ada urusan lainnya Erin?"

Erin melirik sekilas Bima, berpikir sejenak lalu menggeleng. "Tidak, tidak ada... kalau ada, besok aku bicara ke kamu."

Ditya mengangguk lalu mengantar Bima ke rumah warga sekitar.

Bima yang mengikuti dari belakang dan merasa sudah jauh dari Erin, mengucapkan sesuatu.

Ditya yang mendengar gumaman tapi tidak terlalu jelas apa yang dikatakan Bima, sontak berbalik. "Ya, dokter?"
Bima yang terkejut karena Ditya mendadak berhenti, sontak menghentikan langkahnya. "Kenapa berhenti tiba-tiba?"
"Dokter mengatakan sesuatu?" tanya Ditya.

VET vs DOKTER PLASTIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang