HENDRA SOETJIPTO ~SPECIAL MOMENT 2'

841 44 0
                                    

~SPECIAL MOMENT 2~

Ku tuliskan kenangan tentang, Caraku menemukan dirimu

Tentang apa yang membuatku mudah, Berikan hatiku padamu

(Surat cinta untuk Starla – Virgoun)


Hendra membuka pintu kantornya. Hari ini ia tidak ada waktu mengajar tapi harus membuat beberapa laporan yang diberikan professor dan rektor. Itu pun sudah selesai dikerjakan sebelum pergi ke restoran.

Sinta yang memeluk erat si mungil di balik jaketnya sehingga hanya kepalanya saja yang muncul mulai bersin setelah mengucapkan salam.

"Itu karena kamu nekat." Komentar Hendra.

"Tidak usah komentarin orang kenapa?" desis Sinta.

Hendra mengambil air panas di termos besar lalu membuat the. "Duduklah."

Sinta celingukan, "anjingnya?"

"Tutup pintunya dan biarkan dia berkeliaran."

"Tapi nanti barang-barang..." Sinta terdiam lalu menggaruk kepalanya yang tidak gatal, kantor om nya sekarang tidak seperti terakhir kali dikunjungi. Sangat bersih, tidak ada lagi buku-buku berserakan, peralatan aneh.

Si mungil mulai menggeliat ingin turun, Sinta terpaksa menurunkannya dan membiarkannya lari entah kemana.

"Kantornya..."

"Bukan saya yang membersihkan tapi saya tidak suka bekerja dalam keadaan kotor."

"Hmmmm..." Sinta menatap kagum ruangan itu. Buku-buku sudah dikembalikan ke raknya, tugas untuk mahasiswa pun sudah ditaruh tempat semestinya, patung kecil contoh hewan dipajang di dalam rak kaca, sisanya ditaruh di dalam kardus. Sinta bisa melihat kardus di atas rak yang berisikan tulisan nama hewan.

"Kenapa tidak duduk?" tanya Hendra sambil meletakan cangkir the.

"Kenapa kamu menjadi dokter hewan?" tanya Sinta.

"Apa?" tanya Hendra. Ia tidak begitu jelas mendengar karena suara hujan yang keras di luar.

"Kenapa kamu menjadi dokter hewan?" ulang Sinta.

"Kenapa bertanya?"

"Iseng?"
Hendra menghela napas lalu duduk di kursi putarnya. "Ayah saya duta besar jadi saya bisa keliling dunia berkat pekerjaan ayah saya, ada satu tempat yang membuat saya tidak lupa."

Sinta menggeret kursi sehingga duduk berhadapan dengan Hendra.

"Sejak kecil ayah kami mendoktrin untuk menjadi duta besar seperti dirinya, tapi saya menolak dan memilih kabur saat bertengkar. Pelarian saya adalah kebun binatang, melihat mereka membuat saya merasa beruntung hidup bebas tanpa terkukung."

"Lalu suatu hari, Negara itu mulai perang saudara. Semua orang berusaha menyelamatkan diri, lalu saya diam-diam menuju kebun binatang. Saya benar-benar tidak bisa tidur memikirkan nasib mereka dan hal mengerikan telihat jelas disana."

Sinta melihat kedua tangan Hendra mengepal.

"Dalam waktu satu bulan keadaan mereka sangat miris. Kebun binatang itu sudah runtuh dimana-mana, beberapa hewan dikuliti untuk dijadikan makanan lalu beberapa ada yang kurus dan dibiarkan mati begitu saja. Bahkan ada beberapa hewan langka yang sempat dipamerkan dan dibanggakan dibiarkan kelaparan dan mati begitu saja."

Sinta menghela napas. "Waktu itu dalam keadaan perang jadi orang-orang panic menyelamatkan diri."

"Seharusnya mereka melepas mereka semua! Mengembalikan ke habitatnya dengan meminta pertolongan Negara lain." Hendra memukul meja. "Aku bisa melihat seekor harimau meneteskan air matanya, melihatku dengan keadaan tidak berdaya karena kelaparan. Ia bahkan tidak bisa berdiri." Hendre menghela napas. "Itu sebabnya aku ingin menjadi dokter hewan, aku merasa tidak berdaya dan menangis melihat itu semua. Bahkan... saat aku pulang ke Indonesia, air mata hewan itu tidak pernah aku lupakan."

VET vs DOKTER PLASTIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang