Naqiya berdecak kesal lagi. Baru saja kakinya siap memasuki ruangan untuk jam mata kuliah selanjutnya setelah menapakki anak tangga sebanyak itu, dan tiba-tiba dosen tidak tahu diri sekaligus suaminya itu menyuruhnya untuk ke ruangan pria itu sekarang?
Apa-apaan?!
Jelas-jelas jaraknya tidak dekat. Ia harus mutar arah terlebih dahulu dan astaga, turun tangga!
Naqiya menggeleng, "Nggak mau, Mas, ini sebentar lagi aku ada kelas mekanika kekuatan bahan." Jawabnya pada ponsel tersebut.
Wanita satu anak itu tak ingin ambil pusing bila harus ambil kelas susulan demi materi yang tak bisa ia dapatkan sekarang. Lagipula, Bara ini ada-ada saja seenak hati menyuruhnya tanpa tahu jadwal Naqiya yang cukup padat itu.
"Yaudah kalo begitu," Ucap Bara dari seberang sana.
Beruntungnya Bara tidak memaksa. Ia membiarkan istrinya untuk tetap berjalan ke arah kelas yang dituju tanpa harus repot turun lagi ke arah ruangannya. Naqiya sendiri melirik ponselnya ketika pria itu mematikan panggilan tiba-tiba.
Aneh sekali. Ngambek kah pria itu padanya hanya karena masalah sesepele ini?
"Hih aneh banget, dosen siapa si tu?" Gerutunya pada Bara yang tak bisa mendengar suara istrinya barusan.
Ya memang, Naqiya sempat cuti masa kehamilan dan melahirkan. Di situ juga ia tidak mengambil satuan kredit semester atau SKS sama sekali. Sehingga saat ini, ia tetap melanjutkan kuliah semester berikutnya bersama teman-temannya dan akan mengambil semester yang tertinggal di akhir nanti.
Beruntungnya peraturan tersebut berlaku di kampusnya. Entah bagaimana kebijakan kampus lainnya, yang jelas pasti bisa saja ada perbedaan.
Kabar baiknya, Naqiya tak lagi harus pusing berkenalan dengan orang baru. Tak perlu beradaptasi dengan mahasiswa baru lagi.
Setibanya di kelas tersebut, Naqiya mengambil duduk di samping sahabatnya. Yap, siapa lagi kalau bukan seorang Cantiya.
"Hai, Can," Sapanya seperti biasa dengan napas terengah-engah karena lelah menaikki undakan tangga di gedung kampus tersebut.
"Hai, Mahmud," Goda Cantiya. "Baby Gaja sama Umi ya? Bawa dong ke kelas pengen gendong," Tanyanya.
Naqiya mengangguk, "Iya sama Umi." Jawabnya. "Enak aja, kalo rewel ganggu anak-anak lain tau."
"Yah, yaudah nanti aku mampir rumah Umi boleh? Mau ketemu si Gaja. Onty Can kangen banget ponakan ganteng yang satu itu." Ucapnya dengan antusias. Tak sabar mengunjungi anak dosennya sendiri.
Naqiya mengangguk, "Iya nanti bareng aku aja gampang."
"Sama Pak Bara?" Cantiya menggeleng keras. "Nggak dulu deh, dari pada jadi nyamuk. Aku ngekor pake motorku aja nggak papa."
Dosen kelas itu telah memulai mengajar. Namun memang dua mahasiswi bebal yang tidak tau diri tetap saja melanjutkan sesi mengobrolnya. Hingga dosen itu lagi-lagi memanggil namanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bayi Dosenku 2
General FictionCERITA DIPRIVATE, FOLLOW DULU SEBELUM BISA BACA LENGKAP! (21+) "Mama tuh iri pengen Gaza mirip sama Mama 70% sisanya baru mirip Papa." Celoteh Bara lagi. "Tapi maaf ya, Ma, gennya Papa lebih dominan." Mendengar ujaran tersebut membuat mata Naqiya m...