Happy reading! Dilarang baca sebelum follow dan vote kalau mau updatenya rajin dan teratur🙏
________
TESTIMONI TIMEEE🌟🌟🌟
____________
"Halo," Sapa seseorang dari seberang sana. Beberapa menit yang lalu penelepon misterius itu menelfon sebanyak 6x ke ponsel milik gadis berambut ombre merah yang tak lain tak bukan adalah Rasel.
"Ini siapa sih? Kalo nggak niat nelfon nggak usah nelfon!"
"Ehem," Suara deheman terdengar. Ia memang harus memberanikan diri menelfon gadis itu.
"Oke, tiga itungan kalo nggak ngomong juga nih telfon gue matiin, satu... dua..."
"Rasel." Benar saja, akhirnya setelah sulit sekali ia berbicara, ia dapat mengeluarkan sepatah kata juga. "Ini saya, Amir."
Pak Amir? Ah, nomornya bahkan sudah lenyap dari ponsel Rasel saking gadis itu tak menginginkan berhubungan dengan mereka sama sekali.
Rasel berdecak dan memutar bola matanya mendengar itu. "Apaan lagi? Nggak ada urusan lagi Bapak dan keluarga Bapak sama saya ya!" Kesal Rasel mengingat apa yang telah mereka lakukan.
"Maaf ganggu waktu kamu, Rasel," Jelas Amir. "Saya mau tanya soal rekannya suaminya Naqiya."
"Hah?" Rasel menyipitkan matanya. Ngomong apa sih orang ini barusan? "Ngomong tuh yang jelas, bisa, Pak?"
"Saya mau tanya, mungkin kamu tau siapa yang bareng suaminya Naqiya ke rumah waktu itu?" Tuturnya. "Yang agak... ehem kemayu."
Rasel seketika berdiri mendengar itu. Buat apa Amir menelfonnya hanya untuk menanyakan dosen kemayu di fakultasnya yang tidak lain tidak bukan adalah Rafi?
Tidak mungkin 'kan kalau Pak Amir belok dan mencintai Pak Rafi lalu berniat menjadikan pria kemayu itu sebagai simpanannya? Ah tidak. Pikiran Rasel sudah berlalu terlalu jauh.
"Mungkin kamu belum bisa sepenuhnya maafin saya dan istri saya, Sel. Saya juga nggak maksakan itu," Jelasnya. "Tapi barangkali kita bisa ketemu karena saya mau ngembalikan sesuatu milik beliau," Tutur Amir sopan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bayi Dosenku 2
General FictionCERITA DIPRIVATE, FOLLOW DULU SEBELUM BISA BACA LENGKAP! (21+) "Mama tuh iri pengen Gaza mirip sama Mama 70% sisanya baru mirip Papa." Celoteh Bara lagi. "Tapi maaf ya, Ma, gennya Papa lebih dominan." Mendengar ujaran tersebut membuat mata Naqiya m...