Yihiii siapa yg ga dapett 7.7 kemarinn! Bisa check out sekarang yaa udah promo lagi!
_________________
Playlist ⏯️ Sial (Mahalini)
“Seandainya sejak awal tak kuyakinkan diriku, tutur kata yang sempurna, tak sebaik yang
kukira."__________________
Satu hal yang tak pernah Naqiya sadari adalah kekuatan tangannya. Memang, di rumah ia bisa melakukan banyak hal dalam satu waktu seperti menidurkan Gaza sembari mengerjakan tugas atau menenangkan bayinya yang menangis sembari memasak.
Kalau seperti itu semua orang sudah tahu bahwa Tuhan memberikan kelebihan tersendiri untuk makhluk yang bernama Ibu. Kelebihan yang bahkan kalau dipikir secara logika manusia hampir tidak masuk akal.
Namun, seperti itulah besarnya perjuangan menjadi seorang Ibu. Bukan hanya sekadar mengandung dan melahirkan saja. Dan saat mengalaminya sendiri, Naqiya semakin paham menjadi Ibu bukanlah sesuatu yang mudah.
Tunggu, tapi bukan kekuatan itu yang Naqiya pikirkan. Ia tidak habis pikir dengan tangannya yang mampu membuat bekas merah di pipi putih mulus milik gadis kurang ajar tadi.
Hampir selama hidupnya, Naqiya tak pernah menggunakan kekerasan, seperti menampar orang dan lain sebagainya. Tapi mengapa tenaganya malam ini besar sekali?
Sebesar sakit hatinya juga.
Tak ada istri sekaligus ibu yang terima saat keluarganya dihina. Terlebih ibu, tak ada ibu manapun yang mau anaknya diinjak-injak bukan? Begitu juga dengan Naqiya, mendengar kata-kata 'haram' akan merujuk pada bayinya saja sudah membuat ibu muda itu kalap.
Persetan kalau Tsania menghinanya apapun, Naqiya masih mampu menahan tangannya agar tidak menghabisi gadis itu. Namun, ketika Gaza dan nama lengkapnya disebut, disitu kesabaran Naqiya sudah habis.
"Ck!" Decak Naqiya saat teleponnya tak kunjung diangkat oleh Bara. Tak tahukah pria itu bahwa Naqiya ingin segera pulang dan mengadukan semua ini pada suaminya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Bayi Dosenku 2
General FictionCERITA DIPRIVATE, FOLLOW DULU SEBELUM BISA BACA LENGKAP! (21+) "Mama tuh iri pengen Gaza mirip sama Mama 70% sisanya baru mirip Papa." Celoteh Bara lagi. "Tapi maaf ya, Ma, gennya Papa lebih dominan." Mendengar ujaran tersebut membuat mata Naqiya m...