82 | Telah Kehilangan

9.7K 695 201
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

💕Shopee/ig : mowteaslim💕 WhatsApp : 0896032104731

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

💕Shopee/ig : mowteaslim
💕 WhatsApp : 0896032104731

_________

chapter ini hampir 2x panjanganya, jangan pelit vomment ya

__________

Tidak pernah ia berpikir sebelumnya bahwa menjenguk seseorang di sel tahanan akan menjadi apa yang ia lakukan sekarang. Entah sekuat apapun hatinya, tetap saja setiap kali melangkah ke dalam, helaan napas berat pasti terhembuskan.

"Rama nggak bisa nemenin karena harus sekolah," Ucap suara pria di sebelahnya. "Jadi kamu minta saya anter kesini?"

Rasel mengangguk, memang sekarang entah mengapa hanya Rafi yang Rasel percaya mampu menjaga segala rahasianya. Memiliki ibu narapidana di saat selama ini mengira yatim piatu bukan sesuatu yang didambakan anak manapun 'kan?

Bukan, bukan Rasel tak berani sendirian menemui ibunya, Ia hanya khawatir, sisi lemahnya tampak kasat mata menangisi segala kegelapan dunianya kini.

Ia butuh seseorang yang mampu melihat segalanya secara objektif. Sekuat apapun Rasel, ia tetaplah seorang gadis muda yang hatinya akan mencair kala bertemu seorang ibu yang begitu ia rindu.

"Mah..." Panggil Rasel kala Grace berjalan menghampirinya. Pakaiannya persis seperti yang dikenakan Fat.

Terkadang Rasel menyesal harus mengenal manusia berotak kotor seperti Fat. Namun, bila dirinya dulu tak membuat kesalahan dan berakhir dengan Fat dibui, mungkin sampai detik ini Rasel belum juga bertemu dengan ibu kandungnya.

Memang terkadang, sesuatu yang kita anggap kesalahan justru merupakan sebuah kejutan, begitulah jalan Tuhan.

"Anakku..." Grace yang selalu menangis kala memeluk putrinya benar-benar merasa dunianya yang hancur kini terbangun lagi. Dielusnya rambut halus Rasel sebelum gadis itu menyadari ibunya yang kembali menangis.

"Aku bisa ke sini kapanpun Mamah mau ketemu aku," Ucap Rasel kali ini dengan begitu tulus. "Aku ajak seseorang, Mah."

Mata merah Grace mendongak kala menatap pria berkulit putih dengan rambut klimis yang menggendong anak balita. Kernyitan itu jelas menandakan kalau Grace kebingungan bukan main.

Bayi Dosenku 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang