(18+)
______________
"Mas Baraaa!" Panggil Naqiya dengan lari kecilnya ke arah Bara yang tengah memasukkan belanjaan mereka ke dalam kulkas.
Bara menutup pintu kulkas itu dan melirik ke arah istrinya. Istrinya tampak begitu anggun hari ini. Mengenakan kemeja biru muda dipadu dengan hijab senada membuat aura istrinya semakin terpancar.
"Gendongannya sama baju Gaza senada warnanya, cocok nggak?" Tanya Naqiya pada suaminya yang masih diam terpesona itu.
Bara meneguk ludahnya, kakinya mendekat ke arah Naqiya. Tangan kekarnya merangkul pinggang wanita itu hingga kini aroma tubuhnya mampu tercium oleh Bara, "Kamunya cantik."
Bara menunduk, mengelus pipi lembut istrinya. Perlahan ia mendekatkan bibirnya pada bibir ranum wanita itu. Sedetik kemudian pagutan itu mulai Naqiya rasakan. Lembut, seperti biasa.
Tangan Naqiya menahan dada suaminya itu. Menjauhkan wajahnya dari wajah Bara. "Mas... Pake baju dulu."
Mata Bara melirik ke arah bawahnya, benar saja, bagian bawah pusarnya hanya tertutup oleh handuk putih. Sementara badan atasnya tak tertutup sehelai benangpun.
"Itu bajunya udah aku siapin di kamar."
Sesaat setelah Bara beranjak ke kamar. Naqiya terduduk di meja makan. Menyentuh bibirnya perlahan. Jantungnya berdegup kencang, setiap kali suaminya itu menyentuhnya.
Namun anehnya, perasaan itu tak lagi sama. Setiap kali Bara menyentuhnya, rasa takut pada dirinya semakin besar. Bukan, bukan takut Bara akan berbuat kasar.
Naqiya takut akan menyakiti pria itu bila yang ia beri hanyalah penolakan.
Tanpa sadar air mata wanita itu meluncur perlahan dari sudut matanya. Ia tidak tega bila harus menolak memberikan hak suaminya itu. Namun, demi Tuhan, Naqiya sama sekali tidak menginginkannya.
Apa yang harus ia lakukan?
"Sayang?" Panggil Bara yang sudah rapi berpakaian dengan tangan kekarnya menggendong tubuh mungil darah dagingnya itu. "Kok nangis?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bayi Dosenku 2
General FictionCERITA DIPRIVATE, FOLLOW DULU SEBELUM BISA BACA LENGKAP! (21+) "Mama tuh iri pengen Gaza mirip sama Mama 70% sisanya baru mirip Papa." Celoteh Bara lagi. "Tapi maaf ya, Ma, gennya Papa lebih dominan." Mendengar ujaran tersebut membuat mata Naqiya m...