22 | Pil Ajaib

22.6K 2.6K 71
                                    

pengennya aku semangat update, tp ngevote aja males, entah siapa yang salah☹️ pokonya kalo baca ga ngevote kualat seh soalnya zolim kkk🥹

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

pengennya aku semangat update, tp ngevote aja males, entah siapa yang salah☹️ pokonya kalo baca ga ngevote kualat seh soalnya zolim kkk🥹

yang udah vote apalagi komen makasih banyak ya! semoga rejekinya berlimpah ruah

yang udah vote apalagi komen makasih banyak ya! semoga rejekinya berlimpah ruah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

BTWW MOWTEASLIM DAH READY YA!

__________

Wanita dengan hijab bergo itu keluar kamar dan menghampiri kedua pria yang tengah berbincang ringan di ruang keluarga dalam villa tersebut. "Yang, mau minum apa? Kopi mau?" Tawarnya pada Aufar, sang suami.

"Iya, kopi aja, Yang, nggak usah manis-manis ya," Jelasnya pada sang istri.

"Oke," Zahra mengangguk, "Kamu mau minum apa, Bar?" Tanyanya pada adik ipar. "Nay udah tidur ya?"

Bara menggeleng santun, "Enggak usah, Kak, gampang kok," Tolaknya halus. "Iya kayaknya tidur bareng Gaza."

Zahra mengernyit, "Hih kaya sama siapa aja sih kamu? Udah cepet mau minum apa sekalian aku buatin Bang Aufar," Tuturnya memaksa Bara segera mengatakan apa yang pria itu inginkan.

Pikiran Bara melayang saat ia berjanji pada Naqiya agar membuat kopinya sendiri sehingga tak perlu merepotkan kakak ipar. "Enggak, Kak, kembung juga perut minum kopi terus," Alibinya.

"Iya sih, emang nggak bagus diminum banyak-banyak," Jelas Zahra. "Yaudah aku bikin dulu."

Lepas Zahra menghilang dari pandangan mereka, saat itu pula obrolan kembali hadir di antara kedua Bapak muda tersebut. "Susahnya sih kalo gue awal-awal Addar lahir, Bar. Istri perlu penyesuaian, apalagi dia juga wanita karier, cukup kerepotan bagi waktu."

"Iya biasanya begitu, Bang. Tapi pasti sebagian besar waktunya buat Addar juga 'kan."

"Hahah... kalo itu mah iya, Bar. Gimanapun dia 'kan seorang ibu sekaligus istri, bukan cuma gue yang punya tanggung jawab sama rumah tangga, peran istri gue juga penting," Jelas Aufar.

Bara tertegun mendengarnya. Memang benar, kapal rumah tangga itu tidak bisa berlayar sendirian seperti apa yang ia tuturkan pada Naqiya. Ia butuh istrinya, begitu pula Naqiya membutuhkan Bara untuk menyelamatkan rumah tangga mereka.

Bayi Dosenku 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang