Vote sebelum baca! Wajib.•••••••••••••••
Harta yang paling berharga adalah keluarga,
Istana yang paling indah adalah keluarga.
Puisi yang paling bermakna adalah keluarga,
Mutiara tiada tara adalah keluarga.••••••••••••••
"Emangnya kamu mau mobil yang kaya gimana?"
Jelas pertanyaan itu membuat Naqiya lagi-lagi membuang muka dan tertawa di sana. Bara selalu saja mencari kesalahan dalam dirinya sendiri. Dia pikir, Naqiya berubah karena Bara tak berniat membelikannya sebuah mobil.
Padahal di rumahnya, Naqiya bisa kapan saja menggunakan mobil Abi Muhammad yang compact bagi wanita sepertinya. Tak seperti Pajero sport kesayangannya, yang mungkin bagi Naqiya akan terasa kebesaran.
Seharusnya Bara bisa menyediakan kebutuhan istrinya, termasuk kendaraan.
Seperti itulah karakteri Bara Adichandra, mencari celah di mana kesalahannya berada. Padahal Naqiya diam karena ia takut pada suaminya itu, ah lebih tepatnya takut diajak bercinta.
Sama sekali bukan kesalahan Bara, apalagi hanya karena tidak dibelikan sebuah mobil.
Bisa-bisanya dosen yang telah menamatkan pendidikan S3 nya itu berpikir sebercanda itu astaga Naqiya tak bisa berhenti tertawa.
"Mas... Yaa Allah hahaha..." Tawanya. Entah mengapa wajah lugu Bara begitu lucu. Seperti anak kecil sedang berusaha membujuk ibunya yang marah.
"Kok ketawa?" Tanya Bara dengan polosnya.
"Lagian Mas Bara ada-ada aja." Ungkap Naqiya. "Masa iya menurut Mas Bara aku ngambek gara-gara nggak dibeliin mobil?"
Kepala Bara mengangguk pelan, "Iyaa bisa jadi 'kan? Kamu di rumah ada mobil Abi yang pas kalo dipake sama kamu." Ucap Bara. "Mobil Mas 'kan kebesaran katamu."
Jemari Naqiya digenggam dan memukul pelan dada suaminya itu dengan kekehannya. "Mas.. Ya Allah nggak gitu tau konsepnya."
Bara menyatukan kedua alisnya. Masih tidak paham apa yang sebenarnya salah dari dirinya ini. Matanya mengerjap sekilas sebelum kembali mempertanyakan apa yang istrinya itu inginkan.
"Aku malah lebih seneng disupirin Mas Bara daripada nyupir sendiri. Cuma ya walaupun nggak bisa selamanya begitu karena kesibukan kita pasti beda." Jelas Naqiya. "Mungkin kalo berangkat kampus masih bisa bareng, kalo pulang 'kan nggak nentu. Kadang aku yang ada kelas malem, kadang Mas Bara yang ada bimbingan. Repotnya di situ aja sih."
Naqiya menggeleng lagi sebelum menutup mulutnya, "Aku nggak ngambek karena mobil kok, Mas. Sumpah deh, matre banget aku kalo gitu ya ampun."
Bara benar-benar pintar memperbaiki situasi yang tadinya canggung ini. Ia berhasil membuat indah tawa Naqiya terdengar lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bayi Dosenku 2
General FictionCERITA DIPRIVATE, FOLLOW DULU SEBELUM BISA BACA LENGKAP! (21+) "Mama tuh iri pengen Gaza mirip sama Mama 70% sisanya baru mirip Papa." Celoteh Bara lagi. "Tapi maaf ya, Ma, gennya Papa lebih dominan." Mendengar ujaran tersebut membuat mata Naqiya m...