28 | Aurat Istri

22K 2.5K 36
                                    

Jujur ya, hampir ga pernah mowteaslim promo SESADIS ini, GRATIS 1 PCS LOH SENILAI 70K KL NO PROMO😭 CATET CUMA BESOK YA PROMO AKHIR TAHUN

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jujur ya, hampir ga pernah mowteaslim promo SESADIS ini, GRATIS 1 PCS LOH SENILAI 70K KL NO PROMO😭 CATET CUMA BESOK YA PROMO AKHIR TAHUN

Jujur ya, hampir ga pernah mowteaslim promo SESADIS ini, GRATIS 1 PCS LOH SENILAI 70K KL NO PROMO😭 CATET CUMA BESOK YA PROMO AKHIR TAHUN

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Langsung aja masukin ke keranjang shopee mowteaslim atau WA sekarang! 0896032104731. Rugi banget kalo kelewat

___________

Dilarang baca sebelum vote!

____________

Di sini, di tempat asri nan sejuk yang belum bisa banyak ditemukan di kota asal keluarga itulah canda tawa dan kebahagiaan terdengar. Rasa-rasanya memang berlibur sekeluarga merupakan bagian penting demi suatu keharmonisan.

Begitu juga dengan keluarga kecil Bara. Pria yang tengah menggendong bayinya itu melangkah menyusuri setiap kandang-kandang yang di dalamnya terdapat hewan-hewan. Tak lupa jemarinya menggenggam telapak tangan kecil milik sang istri.

"Abihh, Dek Aja liat ulung beo?" Celotehan Addar terdengar karena Aufar berada tepat di samping Bara.

(*Abi, Dek Gaza lihat burung beo?)

Bara menunduk, melihat mata bulat bayinya menatap burung beo di dalam sangkar. Astaga bayi itu begitu menggemaskan. Seakan ia paham cara berkomunikasi dengan burung cantik itu.

"Hihi itu namanya burung beo, Sayang. Burung beo, kenalin ini Argaza Aqsabian," Ucap Naqiya yang juga menyadari bayinya memperhatikan burung beo. Burung pintar itu menirukan bagaimana Naqiya menyebut nama lengkap bayinya.

Wah, memang keajaiban Tuhan menciptakan burung sepintar ini. Ia menyebut 'Argaza Aqsabian' dengan lancarnya.

Menyadari keponakannya mulai penasaran dengan apa yang tante dan om nya perhatikan, Addar meminta Abinya menemani untuk menghampiri mereka di sana. Tentu saja, Naqiya menyadari kehadiran keponakannya itu, "Bang Addar masih takut sama burung beo?"

Anak laki-laki kecil yang berjalan digandeng Abinya itu menggeleng keras. "Endak. Dek Aja ani, Addal ani."

(*Tidak, Dek Gaza berani, Addar juga berani.)

Bayi Dosenku 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang